BAB II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
Ini
pulalah yang dipakai isi nasehat oleh Bhagawan Waisampayana terhadap Maharaja
Janamejaya pada waktu beliau memaparkan cerita Mahabharata yang merupakan
sumber dari Sarasamuccaya. Beliau berkata :
1. Terjemahan
Anakku, engkau Janamejaya, segala ajaran-ajaran kerohanian, demikian
juga ajaran catur purusa arta [ dharma, artha, kama, dan moksa] baikpun sumber
maupun perkembangannya hanya ada di sini. Artinya, segala yang terdapat di sini
akan terdapat juga di tempat yang lain dan yang tidak terdapat di sini akan
tidak ada di tempat yang lain dari sini.
2. Terjemahan
Di antara semua makhluk, hanya manusia jugalah yang dapat
melaksanakan [dan membedakan] perbuatan yang baik dan benar maupun yang buruk
dan salah. Justru dalam melebur yang buruk dan salah menjadi baik dan benar itulah merupakan tujuan hidup menjadi manusia.
3. Terjemahan
Oleh karena itu janganlah bersedih hati walaupun hidupmu
tidak makmur, malahan dalam hidup sebagai manusia hendaknya budi pikiran itu
diperkuat, karena menjelmanya kita menjadi manusia ini adalah amat sukar
diperoleh, walaupun kelahiran dari manusia merana sekalipun.
4. Terjemahan
Sesungguhnya menjelma sebagai manusia ini adalah suatu hal
yang utama, karena hanya manusialah yang dapat menolong dirinya sendiri dari
kesengsaraan, yaitu dengan jalan berbuat baik. Itulah keuntungan menjelma
menjadi manusia.
5. Terjemahan
Jika ada orang yang tidak mau melakukan perbuatan baik,
sebagai obat kesengsaraan di alam neraka, maka ia meninggal dunia tak ubahnya
seperti orang sakit yang datang ke suatu tempat tanpa obat, akhirnya ia tidak
akan menikmati kesenangan dalam segala perbuatannya.
6. Terjemahan
Pokoknya, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan
menjelma sebagai manusia ini, kesempatan yang benar-benar sulit didapat, yang
seolah-olah merupakan tangga untuk mencapai sorga. Oleh karena itu peganglah
teguh-teguh, agar tidak jatuh lagi dari keadaan ini.
7. Terjemahan
Sebab, saat penjelmaan sekarang ini, adalah kesempatan untuk
melakukan perbuatan yang baik atau buruk, sedangkan di alam baka adalah tempat untuk
menerima hasil perbuatan kita. Artinya, bahwa semua perbuatan yang baik maupun yang
buruk, pahalanya akan diterima di alam baka. Setelah selesai menerima hasilnya,
maka kembali menjelma dengan diikuti oleh “wasana” [bekas-bekas] dari hasil perbuatan.
“Wasana” artinya sisa-sisa dari bau sesuatu yang masih bekas-bekasnya saja. Hal ini
sesuai pula dengan istilah swargacyuta [kelahiran bekas sorga].
8. Terjemahan
Alangkah cepat dan pendeknya kehidupan sebagai manusia ini, tak
bedanya dengan sinarnya kilat, dan sangat susah pula untuk didapat. Oleh karena
itu berusaha benar-benarlah untuk berbuat berdasarkan dharma [kebenaran] untuk menghapuskan
kesengsaraan hidup guna mencapai sorga.
9. Terjemahan
Celakalah ia yang mendapat kesempatan menjelma sebagai manusia
tetapi dalam hidupnya selalu ingkar akan ajaran-ajaran dharma [kebenaran] dan selalu
mengejar harta dan kepuasan nafsu belaka, serta berpikiran tamak selalu.
10. Terjemahan
Celaka pulalah ia yang menjelma sebagai manusia serta mampu melaksanakan
ajaran dharma tetapi kemampuan dan kesempatan itu tidak dipakai untuk melepaskan
diri dari kesengsaraan.
11. Terjemahan
Itulah sebabnya aku sekarang tidak jemu-jemu, terus-menerus memberikan
nasehat, kataku : jika ingin mencari harta dan kepuasan nafsu hendaknya selalu berdasarkan
dharma [kebenaran], jangan ingkar akan dharma, demikian kataku, tetapi tidak ada
yang menghiraukan sebab katanya “Sangat sulit melakukan dharma dan apa pulalah gunanya”.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.