BAB II RINGKASAN BHAGAVAD-GITA
Bhagawad-gita bab 2 adalah ringkasan isi Bhagavad-gita, menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Krishna.
Kemudian Sri Krishna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Kresna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.
2.1 Terjemahan
Sañjaya berkata: setelah melihat Arjuna tergugah rasa kasih
sayang dan murung, matanya penuh air mata, Madhusūdana (Krishna), bersabda
sebagai berikut.
2.2 Terjemahan
Awatara Krisna: Arjuna yang baik
hati, bagaimana sampai hal-hal yang kotor ini menghinggapi dirimu? Hal-hal ini
sama sekali tidak pantas bagi orang yang mengetahui nilai hidup. Hal-hal
seperti itu tidak membawa seseorang ke planet-planet yang lebih tinggi,
melainkan menjerumuskan Diri-Nya ke dalam penghinaan.
2.3 Terjemahan
Wahai putera Pṛthā, jangan menyerah kepada kelemahan yang
hina ini. Itu tidak pantas bagimu. Tinggalkanlah kelemahan hati yang remeh itu
dan bangunlah, wahai yang menghukum musuh.
2.4 Terjemahan
Arjuna berkata: O Pembunuh musuh, o Pembunuh Madhu, bagaimana
saya dapat membalas serangan orang seperti Bhīṣma dan Drona dengan panah pada
medan perang, padahal seharusnya saya menyembah mereka?
2.5 Terjemahan
Lebih baik saya hidup di dunia ini dengan cara mengemis
daripada hidup sesudah mencabut nyawa roh-roh mulia seperti itu, yaitu
guru-guru saya. Kendatipun mereka menginginkan keuntungan duniawi, mereka tetap
atasan. Kalau mereka terbunuh, segala sesuatu yang kita nikmati akan ternoda
dengan darah.
2.6 Terjemahan
Kita juga tidak mengetahui mana yang lebih baik—mengalahkan
mereka atau dikalahkan oleh mereka. Kalau kita membunuh para putera
Dhṛtarāṣṭra, kita tidak mau hidup. Namun mereka sekarang berdiri di hadapan
kita di medan perang.
2.7 Terjemahan
Sekarang hamba kebingungan tentang kewajiban hamba dan sudah
kehilangan segala ketenangan karena kelemahan yang picik. Dalam keadaan ini,
hamba mohon agar Anda memberitahukan dengan pasti apa yang paling baik untuk
hamba. Sekarang hamba menjadi murid Anda, dan roh yang sudah menyerahkan diri
kepada Anda.
Mohon memberi pelajaran kepada hamba.
2.8 Terjemahan
Hamba tidak dapat menemukan cara untuk menghilangkan rasa
sedih ini yang menyebabkan indera-indera hamba menjadi kering.
Hamba tidak akan
dapat menghilangkan rasa itu, meskipun hamba memenangkan kerajaan yang makmur
yang tiada taranya di bumi ini dengan kedaulatan seperti para dewa di surga.
2.9 Terjemahan
Sañjaya berkata: Setelah berkata demikian, Arjuna, perebut
musuh, menyatakan kepada Krishna, Govinda, hamba tidak akan bertempur,"
lalu diam.
2.10 Terjemahan
Wahai putera keluarga Bhārata, pada waktu itu, Krishna, yang
tersenyum di tengah-tengah antara tentara-tentara kedua belah pihak, bersabda kepada Arjuna
yang sedang tergugah oleh rasa sedih.
2.11 Terjemahan
Awatara Krisna Bersabda: Sambil berbicara
dengan cara yang pandai engkau menyesalkan sesuatu yang tidak patut disesalkan.
Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun untuk
yang sudah meninggal.
2.12 Terjemahan
Pada masa lampau tidak pernah ada suatu saat pun Aku, engkau
maupun semua rājā ini tidak ada; dan
pada masa yang akan datang tidak ada satupun di antara kita semua akan lenyap.
2.13 Terjemahan
Seperti halnya sang roh terkurung di dalam badan terus
menerus mengalami perpindahan, di dalam badan ini, dari masa kanak-kanak sampai
masa remaja sampai usia tua, begitu juga sang roh masuk ke dalam badan lain
pada waktu meninggal. Orang yang tenang tidak bingung karena penggantian itu.
2.14 Terjemahan
Wahai putera Kuntī, suka dan duka muncul untuk sementara, dan
hilang sesudah beberapa waktu, bagaikan mulai dan berakhirnya musim dingin dan
musim panas. Hal-hal itu timbul dari penglihatan indera, dan seseorang harus
belajar cara mentolerir hal-hal itu tanpa goyah, wahai putera keluarga Bhārata.
2.15 Terjemahan
Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), orang yang tidak
goyah karena suka ataupun duka, dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti
memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan.
2.16 Terjemahan
Orang yang melihat kebenaran sudah menarik kesimpulan bahwa
apa yang tidak ada [badan jasmani] tidak tahan lama, dan yang kekal [sang roh]
tidak berubah. Inilah kesimpulan mereka setelah mempelajari sifat kedua-duanya.
2.17 Terjemahan
Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang ada dalam seluruh
badan tidak dapat dimusnahkan. Tidak seorangpun dapat membinasakan sang roh
yang tidak dapat dimusnahkan itu.
2.18 Terjemahan
Makhluk hidup yang tidak dapat dimusnahkan atau diukur dan
bersifat kekal, memiliki badan jasmani yang pasti akan berakhir. Karena itu,
bertempurlah, wahai putera keluarga Bhārata.
2.19 Terjemahan
Orang yang menganggap bahwa makhluk hidup membunuh, ataupun
makhluk hidup dibunuh tidak memiliki pengetahuan, sebab sang diri tidak membunuh
dan tidak dapat dibunuh.
2.20 Terjemahan
Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi sang roh pada saat
manapun. Dia tidak diciptakan pada masa lampau, ia tidak diciptakan pada masa
sekarang, dan dia tidak akan diciptakan pada masa yang akan datang. Dia tidak
dilahirkan, berada untuk selamanya dan bersifat abadi. Dia tidak terbunuh
apabila badan dibunuh.
2.21 Terjemahan
Wahai Pārtha, bagaimana mungkin orang yang mengetahui bahwa
sang roh tidak dapat dimusnahkan, bersifat kekal, tidak dilahirkan dan tidak
pernah berubah dapat membunuh seseorang atau menyebabkan seseorang membunuh?
2.22 Terjemahan
Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru, dan
membuka pakaian lama, begitu pula sang roh menerima badan-badan jasmani yang
baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang tidak berguna.
2.23 Terjemahan
Sang roh tidak pernah dapat dipotong menjadi bagian-bagian
oleh senjata manapun, dibakar oleh api, dibasahi oleh air, atau dikeringkan
oleh angin.
2.24 Terjemahan
Roh yang individual ini tidak dapat dipatahkan dan tidak
dapat dilarutkan, dibakar ataupun dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya, berada
di mana-mana, tidak dapat diubah, tidak dapat dipindahkan dan tetap sama untuk
selamanya.
2.25 Terjemahan
Dikatakan bahwa sang roh itu tidak dapat dilihat, tidak
dapat dipahami dan tidak dapat diubah. Mengingat kenyataan itu, hendaknya
engkau jangan menyesal karena badan.
2.26 Terjemahan
Akan tetapi, kalau engkau berpikir bahwa sang roh [atau
gejala gejala hidup] senantiasa dilahirkan dan selalu mati, toh engkau masih
tidak mempunyai alasan untuk menyesal, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.
2.27 Terjemahan
Orang yang sudah dilahirkan pasti akan meninggal, dan
sesudah kematian, seseorang pasti akan dilahirkan lagi. Karena itu, dalam
melaksanakan tugas kewajibanmu yang tidak dapat dihindari, hendaknya engkau
jangan menyesal.
2.28 Terjemahan
Semua makhluk yang diciptakan tidak terwujud pada awalnya,
terwujud pada pertengahan, dan sekali lagi tidak terwujud pada waktu
dileburkan. Jadi apa yang perlu disesalkan?
2.29 Terjemahan
Beberapa orang memandang bahwa sang roh sebagai sesuatu yang
mengherankan, beberapa orang menguraikan dia sebagai sesuatu yang mengherankan,
dan beberapa orang mendengar tentang dia sebagai sesuatu yang mengherankan
juga, sedangkan orang lain tidak dapat mengerti sama sekali tentang sang roh,
walaupun mereka sudah mendengar tentang dia.
2.30 Terjemahan
O putera keluarga Bhārata, dia yang tinggal dalam badan
tidak pernah dapat dibunuh. Karena itu, engkau tidak perlu bersedih hati untuk
makhluk manapun.
2.31 Terjemahan
Mengingat tugas kewajibanmu yang khusus sebagai seorang
ksatriya, hendaknya engkau mengetahui bahwa tiada kesibukan yang lebih baik
untukmu daripada bertempur berdasarkan prinsip-prinsip dharma; karena itu,
engkau tidak perlu ragu-ragu.
2.32 Terjemahan
Wahai Pārtha, berbahagialah para ksatriya yang mendapatkan
kesempatan untuk bertempur seperti itu tanpa mencarinya—kesempatan yang membuka
pintu gerbang planet-planet surga bagi mereka.
***Di dalam Parasarasmrti, atau rumus-rumus dharma hasil
karya Parasara, resi yang mulia, ayah Vyasadeva, dinyatakan:
Kewajiban seorang ksatriya ialah melindungi para warga
negara terhadap segala jenis kesulitan. Karena alasan itulah, ia harus
menggunakan kekerasan dalam kasus-kasus yang tepat demi keadilan dan
ketertiban. Karena itu, ia harus mengalahkan tentara raja-raja yang iri hati,
dan dengan demikian, berdasarkan prinsip-prinsip dharma, ia harus berkuasa di
dunia."
Menimbang segala aspek, Arjuna tidak mempunyai alasan untuk tidak
bertempur. Kalau Arjuna mengalahkan musuhnya, dia akan menikmati kerajaan;
kalaupun dia gugur dalam perang, dia akan naik tingkat sampai planet-planet
surga, dan pintu-pintu gerbang surga sudah terbuka lebar baginya. Pertempuran
akan menguntungkan Arjuna dalam kedua keadaan tersebut.
2.33 Terjemahan
Akan tetapi, apabila engkau tidak melaksanakan kewajiban
dharmamu, yaitu bertempur, engkau pasti menerima dosa akibat melalaikan
kewajibanmu, dan dengan demikian kemashyuranmu sebagai kesatria akan hilang.
2.34 Terjemahan
Orang akan selalu membicarakan engkau sebagai orang yang
hina, dan bagi orang yang terhormat, penghinaan lebih buruk daripada kematian.
2.35 Terjemahan
Jendral-jendral besar yang sangat menghargai nama dan
kemashyuranmu akan menganggap engkau meninggalkan medan perang karena rasa
takut saja, dan dengan demikian mereka akan meremehkan engkau.
2.36 Terjemahan
Musuh-musuhmu akan menjuluki engkau dengan banyak kata yang
tidak baik dan mengejek kesanggupanmu. Apa yang dapat lebih menyakiti hatimu
daripada itu?
2.37 Terjemahan
Wahai putera Kuntī, engkau akan terbunuh di medan perang dan
mencapai planet-planet surga atau engkau akan menang dan menikmati kerajaan di
dunia. Karena itu, bangunlah dan bertempur dengan ketabahan hati.
2.38 Terjemahan
Bertempurlah demi pertempuran saja, tanpa mempertimbangkan
suka atau duka, rugi atau laba, menang atau kalaḥ—dengan demikian, engkau
tidak akan pernah dipengaruhi oleh dosa.
2.39 Terjemahan
Sampai sekarang, Aku sudah menguraikan tentang pengetahuan
ini kepadamu melalui pelajaran analisis. Sekarang, dengarlah penjelasan-Ku
tentang hal ini menurut cara bekerja tanpa mengharapkan hasil atau pahala.
Wahai putera Pṛthā, bila engkau bertindak dengan pengetahuan seperti itu
engkau dapat membebaskan diri dari ikatan pekerjaan.
2.40 Terjemahan
Dalam usaha ini tidak ada kerugian ataupun pengurangan, dan
sedikitpun kemajuan dalam menempuh jalan ini dapat melindungi seseorang
terhadap rasa takut yang paling berbahaya.
2.41 Terjemahan
Orang yang menempuh jalan ini bertabah hati dengan mantap,
dan tujuan mereka satu saja. Wahai putera kesayangan para Kuru, kecerdasan
orang yang tidak bertabah hati mempunyai banyak cabang.
2.42-43 Terjemahan
Orang yang kekurangan pengetahuan sangat terikat pada
kata-kata kiasan dari Veda, yang menganjurkan berbagai kegiatan yang
dimaksudkan untuk membuahkan pahala agar dapat naik tingkat sampai
planet-planet surga, kelahiran yang baik sebagai hasilnya, kekuatan, dan
sebagainya.
Mereka menginginkan kepuasan indera-indera dan kehidupan yang
mewah, sehingga mereka mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih tinggi dari
ini, wahai putera Pṛthā.
2.44 Terjemahan
Ketabahan hati yang mantap untuk berbakti kepada Tuhan Yang
Maha Esa tidak pernah timbul di dalam pikiran orang yang terlalu terikat pada
kenikmatan indera-indera dan kekayaan material.
2.45 Terjemahan
Veda sebagian besar menyangkut tiga sifat alam. Wahai
Arjuna, lampaui lah tiga sifat alam itu. Bebaskanlah dirimu dari segala hal yang
relatif dan segala kecemasan untuk keuntungan dan keselamatan dan jadilah
mantap dalam sang diri.
2.46 Terjemahan
Segala tujuan yang dipenuhi oleh sumur kecil dapat segera
dipenuhi oleh sumber air yang besar. Begitu pula, segala tujuan Veda dapat
segera dipenuhi bagi orang yang mengetahui maksud dasar Veda itu.
2.47 Terjemahan
Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah
ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap
dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak
melakukan kewajibanmu.
2.48 Terjemahan
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang,
lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang
seperti itu disebut yoga.
2.49 Terjemahan
Wahai dhanañjaya, jauhilah segala kegiatan yang menjijikkan
melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Sang Ilahi. Orang yang ingin menikmati hasil dari pekerjaannya adalah orang
pelit.
2.50 Terjemahan
Orang yang menekuni bhakti membebaskan Diri-Nya dari
perbuatan yang baik dan buruk bahkan dalam kehidupan ini pun. Karena itu,
berusahalah untuk yoga, ilmu segala pekerjaan.
2.51 Terjemahan
Dengan menekuni bhakti kepada Sang Ilahi seperti
itu, resi-resi yang mulia dan penyembah-penyembah membebaskan diri dari hasil
pekerjaan di dunia material. Dengan cara demikian mereka dibebaskan dari
perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai keadaan di luar segala
kesengsaraan [dengan kembali kepada Sang Ilahi].
2.52 Terjemahan
Bila kecerdasanmu sudah keluar dari hutan khayalan yang
lebat, engkau akan acuh terhadap segala sesuatu yang sudah didengar dan segala
sesuatu yang akan didengar.
2.53 Terjemahan
Bila pikiranmu tidak goyah lagi karena bahasa kiasan Veda,
dan pikiran mantap dalam semadi keinsafan diri, maka engkau sudah mencapai
kesadaran rohani.
2.54 Terjemahan
Arjuna berkata: O Krishna, bagaimanakah ciri-ciri orang yang
kesadarannya sudah khusuk dalam kerohanian seperti itu? bagaimana cara
bicaranya serta bagaimana bahasanya? Dan bagaimana ia duduk dan bagaimana ia
berjalan?
2.55 Terjemahan
Awatara Khrisna bersabda: O Pārtha, bila
seseorang meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan indera-indera,
yang muncul dari tafsiran pikiran, dan bila pikirannya yang sudah disucikan
dengan cara seperti itu hanya puas dalam sang diri, dikatakan ia sudah berada
dalam kesadaran rohani yang murni.
2.56 Terjemahan
Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan di tengah-tengah
tiga jenis kesengsaraan, tidak gembira pada waktu ada kebahagiaan, dan bebas
dari ikatan, rasa takut dan marah, disebut resi yang mantap dalam pikirannya.
2.57 Terjemahan
Di dunia material, orang yang tidak dipengaruhi oleh hal
yang baik dan hal yang buruk yang diperolehnya, dan tidak memuji maupun
mengejeknya, sudah mantap dengan teguh dalam pengetahuan yang sempurna.
2.58 Terjemahan
Orang yang dapat menarik indera-inderanya dari obyek-obyek
indera, bagaikan kura-kura yang menarik kakinya ke dalam cangkangnya, mantap
dengan teguh dalam kesadaran yang sempurna.
2.59 Terjemahan
Barangkali kepuasan indera-indera sang roh yang berada dalam
badan dibatasi, walaupun keinginan terhadap obyek-obyek indera tetap ada.
Tetapi bila ia menghentikan kesibukan seperti itu dengan mengalami rasa yang
lebih tinggi, kesadarannya menjadi mantap.
2.60 Terjemahan
Wahai Arjuna, alangkah kuat dan bergeloranya indera-indera
sehingga pikiran orang bijaksana yang sedang berusaha untuk mengendalikan
indera-inderanya pun dibawa lari dengan paksa oleh indera-indera itu.
2.61 Terjemahan
Orang yang mengekang dan mengendalikan indera-indera
sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya kepada-Ku, dikenal sebagai
orang yang mempunyai kecerdasan yang mantap.
2.62 Terjemahan
Selama seseorang merenungkan obyek-obyek indera-indera,
ikatan terhadap obyek-obyek indera itu berkembang. Dari ikatan seperti itu
berkembanglah hawa nafsu, dan dari hawa nafsu timbullah amarah.
2.63 Terjemahan
Dari amarah timbullah khayalan yang lengkap, dari khayalan
menyebabkan ingatan bingung. Bila ingatan bingung, kecerdasan hilang, bila
kecerdasan hilang, seseorang jatuh lagi ke dalam lautan material.
2.64 Terjemahan
Tetapi orang yang sudah bebas dari segala ikatan dan rasa
tidak suka serta sanggup mengendalikan indera-indera melalui prinsip-prinsip
kebebasan yang teratur dapat memperoleh karunia sepenuhnya dari Sang Ilahi.
2.65 Terjemahan
Tiga jenis kesengsaraan kehidupan material tidak ada lagi
pada orang yang puas seperti itu, kecerdasan seseorang mantap dalam waktu singkat.
2.66 Terjemahan
Orang yang tidak mempunyai hubungan dengan Sang Ilahi tidak mungkin memiliki kecerdasan rohani maupun
pikiran yang mantap. Tanpa kecerdasan rohani dan pikiran yang mantap tidak
mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamaian, bagaimana mungkin ada kebahagiaan?
2.67 Terjemahan
Seperti perahu yang berada pada permukaan air dibawa lari
oleh angin kencang, kecerdasan seseorang dapat dilarikan bahkan oleh satu saja
di antara indera-indera yang mengembara dan menjadi titik pusat untuk pikiran.
2.68 Terjemahan
Karena itu, orang yang indera-inderanya terkekang dari
obyek-obyek nya pasti mempunyai kecerdasan yang mantap, wahai yang berlengan
perkasa
2.69 Terjemahan
Malam hari bagi semua makhluk adalah waktu sadar bagi orang
yang mengendalikan diri, dan waktu sadar bagi semua makhluk adalah malam hari
bagi resi yang mawas diri.
2.70 Terjemahan
Hanya orang yang tidak terganggu oleh arus keinginan yang
mengalir terus menerus yang masuk bagaikan sungai-sungai ke dalam lautan, yang
senantiasa diisi tetapi selalu tetap tenang, dapat mencapai kedamaian. Bukan
orang yang berusaha memuaskan keinginan itu yang dapat mencapai kedamaian.
2.71 Terjemahan
Hanya orang yang sudah meninggalkan segala jenis keinginan
untuk kepuasan indera-indera, hidup bebas dari keinginan, sudah meninggalkan
segala rasa ingin memiliki sesuatu dan bebas dari keakuan palsu dapat mencapai
kedamaian yang sejati.
2.72 Terjemahan
Itulah cara hidup yang suci dan rohani. Sesudah mencapai
kehidupan seperti itu, seseorang tidak dibingungkan. Kalau seseorang mantap
seperti itu bahkan pada saat kematian sekalipun, ia dapat masuk ke kerajaan Sang Ilahi.
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.
SARASAMUCAYA
Kitab saraccamuscaya adalah ringkasan dan cara mengaplikasikan ajaran Bhagawad-gita pada kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat, yang ditulis dengan bahasa Kawi oleh Bhagawan Wararuci, seorang guru Spiritual.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA