BAB XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
Sarasamuscaya bab 26 adalah perihal cinta kasih, ketamakan atau sifat rakus dikatakan bisa membelenggu kebebasan hidup.
Berikut adalah terjemahan setiap ayat pada sarasamuscaya bab 26.
Di samping itu, ada orang yang
sadar akan hal yang tiga itu terdiri dari:
- Sukarnya mendapat harta kekayaan;
- Manfaatnya kesengsaraan;
- Kesulitan memelihara keluarga.
475 Terjemahan
Oleh karena itu tinggalkanlah
ketamakan akan segala macam harta benda, karena besar bencananya orang yang
rakus. Contohnya, sebagai ulat sutra yang membuat kepompong. Sia-sialah usaha
untuk memenuhi kerakusannya itu karena ia berubah menyebabkan terbelenggu ulat
sutra itu pada akhirnya.
476 Terjemahan
Adapun orang yang mempertahankan
kelekatan hati pada sesuatu yang dikasihi, dipatrikan dalam hatinya, telah
menutup-nutupi kesedihan, walau hatinya seolah-olah ditusuk oleh lembing
layaknya.
477 Terjemahan
Karena cinta itu adalah biang
keladi kesedihan. Cintalah yang menyebabkan terikat terbelenggu, sehingga
menemui kedukaan jadinya.
478 Terjemahan
Demikian melekatnya seseorang
terhadap anak, istri dan keluarga, sehingga lambat laun pasti tenggelam sulit
ditolong, sama dengan gajah tua tenggelam dalam lumpur.
479 Terjemahan
Tetapi cinta kasih terhadap anak
istri adalah racun yang luar biasa mematikannya di dunia ini. Racun itu sangat
mujarab yang mengobati tidak dapat diobati, sebab semua mereka yang sudah
dikenainya kacau pikirannya, sengsara, bingung berputar terus jadinya, tidak
putus-putusnya menjelma kembali berada dalam lingkaran kelahiran.
480 Terjemahan
Ada sesuatu benda yang keluar
dari badan tidak diakui benda itu oleh yang berbadan itu. “Bahkan kepunyaanku
itu atau tidak ada hubungan dengannya”.
Demikian katanya, lalu meninggalkan
benda itu.
Yang mendapat perlakuan demikian adalah cacing keluar dari badan, ditinggalkan dan tidak diakui oleh yang berbadan itu.
Ada yang tidak keluar dari
badannya, tetapi diakui sebagai kepunyaan dirinya, benda itu oleh yang berbadan.
“Kepunyaanku itu, aku ada
hubungan dengan dia”, demikian kata-katanya.
Anaklah yang dapat perlakuan yang
sepatutnya ditinggalkan juga sebagai halnya cacing tadi karena ada persamaannya
antara keduanya itu.
Yaitu keduanya keluar dari badan dan [sepatutnya] keduanya
ditinggalkan.
*Hanya sebagai analogi.
Tahu akan kekeliruan pikiran manusia demikian, hal mana dapat
dipakai alasan dalam memutuskan cinta kasih terhadap anak istri.
481 Terjemahan
Bahwasannya segala sesuatu yang
dicintai itu yang menyebabkan didapatkannya bencana, karena rumah-duka
kecintaan itu disebut;
Singkatnya bahwa, cinta itu mula pokok kedukaan;
tinggalkanlah itu, agar anda peroleh kebahagiaan yang terluhur.
482 Terjemahan
Janganlah memikir-mikirkan
perihal hubungan dengan sanak keluarga, bagi ia yang ingin mencapai moksa dengan
kata-kata:
“Apa jadinya mereka ini semua jika aku sudah tidak ada lagi”,
Demikian kata anda.
Janganlah demikian.
Karena tidak ada yang bisa menjadi
sebab kecuali diri anda sendiri.
Diri sendirilah yang menjadi penyebab yang pertama dari semua kejadian terhadap makhluk hidup.
Diri sendiri yang menjadi
sebab lahirnya. Menjadi dewasa pula ia, selamat sejahtera sampai di hari tua,
sendirilah yang menjadi sebabnya.
Pun jika menemui suka dan duka, kematian,
kesedihan, diri sendiri pulalah yang menyebabkannya.
Karena semuanya itu sesuai
dengan perbuatan diri sendiri yang telah lampau yang diikutinya.
484 Terjemahan
Sebagi halnya sepotong batang
kayu yang terapung-apung di laut. Suatu saat ia bertemu dengan sesamanya batang
kayu , dan setelah itu nyatanya berpisah dan kemudian ia bertemu lagi. Demikian
pulalah pertemuan semua makhluk hidup dengan sesamanya. Tidak langgeng adanya,
kenyataannya berakhir dengan berpisah, dan bisa bertemu pula nantinya.
485 Terjemahan
Demikian pula halnya anak, cucu,
buyut, keluarga, kawan, dan sesama hidup, bertemu dengan semua mereka itu,
dalam sesaat pula, bisa berakhirkan dengan perpisahan nantinya.
Oleh karena itu
janganlah sampai terlalu keras diliputi oleh cinta kasih.
486 Terjemahan
Kita tidak tahu, dari mana
kiranya asal manusia dan tidak diketahui ke mana natinya. Tak diketahui pula
dari apa bakalnya.
Kalau dihitung-hitung penjelmaan manusia, beribu-ribulah
ayah, ibu, anak-anak, istri, dari masa ke masa [yuga], pada hakekatnya,
siapa-siapa yang sebenarnya dengan tepat dapat dikatakan seketurunan dengan
anda sendiri.
487 Terjemahan
Tidak ada yang namanya pertemuan
langgeng. Suatu saat bertemu, suatu saat tidak bertemu. Betapa tidak
langgengnya itu. Pertemuan anda dengan badan wadag anda inipun tidak langgeng
pada hakekatnya.
Tak usah pula menyebutkan yang lain-lainnya sebagai contoh,
sedangkan dengan tangan, kaki dan lain-lainnya anggota badan kita sendiripun
pada akhirnya akan berpisah pula.
488 Terjemahan
Kita berasal dari yang tidak
kelihatan, kembali lagi nantinya kepada yang tidak kelihatan. Pendeknya anda
bukan apa-apa mereka, mereka bukan apa-apa anda. Karena demikian apa yang perlu
diperbuat lagi.
489 Terjemahan
Andaikata hilanglah mas [harta
kekayaan], anak-anak meninggal, istri, ayah, ibu semuanya itu telah meninggal.
Alangkah berat penderitaan demikian dan betapa besar kesedihan hati jika
teringat akan hal demikian itu. Buatlah obat penawar derita kesedihan itu.
490 Terjemahan
Adalah seseorang yang selalu ingat
akan orang yang telah mati, juga benda yang sudah hilang itu. Besarlah
kesedihan yang disebabkan olehnya. Dengan besarnya kesedihan itu ia menimbulkan
penderitaan yang lebih lagi sehingga dua macam penderitaan yang dibuat olehnya
dengan mengingat-ngingat kembali segala yang telah hilang itu.
Orang yang
demikian itu, dia membuat bencana sendiri namanya.
491 Terjemahan
Adapun obatnya kesedihan ialah :
Sesuatu yang telah hilang itu, yang telah pergi atau meninggal, yang tidak akan
bisa diharapkan lagi, semuanya itu tidak usah diingat-ingat lagi.
Sebab kuatlah
melekatnya di dalam hati, jika dijadikan pemikiran selalu.
Semakin melekatlah
ia semakin bertambah akibat jadinya.
Itulah yang menimbulkan penderitaan. Oleh
karena itu janganlah kejadian-kejadian terlalu dijadikan pikiran.
492 Terjemahan
Apakah yang empunya harta [mas]
itu meninggalkan harta masnya, ataukah harta [mas] itu meninggalkan yang
empunya harta mas itu. Hal itu lumbrahlah bagi semua yang membuat ikatan, karena
tidak langgenglah pertemuan antara si pemilik dengan yang dimilikinya. Hal ini
diketahui pula oleh sang pendeta, oleh karenanya tidak terikat ia olehnya.
493 Terjemahan
Beginilah halnya tekad hati semua
makhluk yang harus diteguhkan terlebih dahulu. Katakan bahwa tidak langgenglah
hakekat segala yang ada ini. Ini yang aku perbuat sekarang. Kepunyaanku yang
ada sekarang, besok, di masa-masa mendatang adalah tidak langgeng. Demikian
ucapan nasehat yang dinasehatkan.
494 Terjemahan
Adapun yang sadar akan ketidak
langgengan segala sesuatu itu, tidaklah ia akan sedih ataupun berduka hati
karena menjadi layunya bunga di kepalanya.
Sedangkan orang yang terikat hati
oleh dunia keduniawian, yang tidak sadar akan ketidak langgengannya hakekat
segala sesuatu itu; besarlah kesedihannya walau atas pecah pinggirnya sebuah
periuk saja.
495 Terjemahan
Adapun orang yang membawa api,
dikelilingi dirinya oleh api itu, terbakarlah ia oleh api itu, ingin ia
berteriak bahwa dirinya kepanasan tetapi karena kebodohannya, ia tidak berusaha
untuk tidak sampai terbakar dirinya, oleh api itu.
Orang yang demikian
perihalnya, bukanlah orang yang bijaksana namanya, sebab tidak demikian halnya
orang yang bijaksana.
Jika ia sadar bahwa ia membuat derita pada dirinya, ia
harus siap untuk menghilangkannya sendiri.
496 Terjemahan
Sesungguhnyalah bahwa, berganti-ganti adanya suka dengan duka, ada dengan tidak ada, si kaya dengan si
miskin, mati dengan hidup, semuanya itu berganti-gantian adanya pada setiap
makhluk.
Orang yang bijaksana sadar akan hal itu, oleh karenanya tidak
bergembira, tidak bersedih hati hingga tenang dan sucilah hatinya.
497 Terjemahan
Pendeknya rasakanlah datangnya kegembiraan, dan rasakan pulalah kesedihan yang datang.
Pendeknya rasakanlah datangnya kegembiraan, dan rasakan pulalah kesedihan yang datang.
Lain kata hadapilah dengan sabar suka dan duka itu, janganlah ada
yang dikerjakan atau dikesampingkan atas kedatagannya masing-masing.
Laksanakan-lah olehmu tugas dan kewajiban hidup ini. Sebagai halnya petani yang
bekerja di sawah, dengan sabar dikerjakannya dengan menahan panas dan dingin
sambil menantikan berbuah-nya padi yang dikerjakan-nya itu.
498 Terjemahan
Suka dan duka itu tidak dapat dihindari, karena hal itu sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa, oleh karenanya maka semua insan menemui suka dan duka.
Suka dan duka itu tidak dapat dihindari, karena hal itu sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa, oleh karenanya maka semua insan menemui suka dan duka.
499 Terjemahan
Adapun yang dinamai takdir [widhi] itu mengikuti sesuai dengan perbuatan-perbuatan yang sudah lampau.
Adapun yang dinamai takdir [widhi] itu mengikuti sesuai dengan perbuatan-perbuatan yang sudah lampau.
Kalau sudah sampai pada batas dari
purwa-karma, perbuatan yang sudah-sudah itu akan berwujudlah apakah itu yang
buruk atau yang baik, sehingga berganti-gantilah datangnya suka dan duka itu.
Tidak
ada bedanya kehidupan semua makhluk itu dengan roda yang berputar, pasti akan
di bawah ia yang di atas dulunya dan pasti akan di atas ia yang dulunya di
bawah.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.