BAB XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
166 Terjemahan
Bila orang berbuat kebajikan dengan memberi hadiah-hadia,
suka memberi pelajaran dan nasihat-nasihat walaupun kepada orang miskin
sehingga dapat menghibur hatinya, maka orang yang demikian akan selamatlah anak
cucu dan semua keturunannya serta akan terkenallah kebaikan budinya.
167 Terjemahan
Lain daripada itu, jika ada orang yang memberi pertolongan
walaupun pada mereka yang terus menerus ingin mencelakakan dirinya tetapi suatu
saat ditimpa duka cita dan datang minta
pertolongan padanya, maka orang yang demikian perbuatannya adalah manusia utama
namanya, benar-benar orang budiman yang paling mulia.
168 Terjemahan
Adapun perihal persahabatan ialah bahwa bagi pedagang,
saudagar, si juragan perahulah, sahabat yang diajak mengembara ke tempat yang
terpisah, menjauh. Sahabat laki-laki yang berumah tangga adalah istrinya. Bagi
orang sakit dokter dan perawatlah sahabatnya. Orang yang miskin, hampir mati
kelaparan, persedekahan dan dana punialah sahabatnya.
169 Terjemahan
Pahalanya persedekahan [dana punia] bukannya diterima oleh
bapak atau ibu, akan tetapi orang yang bersedekah itu sendirilah yang mendapat
pahalanya dana-punya itu.
170 Terjemahan
Adapun yang disebut persedekahan [dana-punia] oleh orang
bijaksana ialah sifat tidak dengki dan keteguhan aman dalam berbuat kebajikan.
Sebab jika itu dipegang teguh, akan selalu mendapat selamat yaitu sama
pahalanya dengan melakukan upacara korban.
171 Terjemahan
Adapun pahala upacara dari upacara korban ialah kelak akan
mengecap segala keindahan dan kenikmatan di alam baka. Adapun oahala orang yang
suka menolong orang tua adalah hikmah kebijaksanaan, tetap sadar dan waspada,
pahalanya orang ahimsa [tidak membunuh-bunuh] ialah panjang usia. Demikian kata
orang bijaksana.
172 Terjemahan
Bahwa di dunia ini tidak ada yang lebih sulit dilakukan
daripada berdana-punia [bersedekah]. Umumnya, orang amat saying akan harta
kekayaannya karena mendapatkannya-pun dengan susah payah.
173 Terjemahan
Memang menakjubkanlah orang yang rela melepaskan segala hak
miliknya karena sesungguhnya ia sudah dapat melakukan hal yang amat sukar
adanya. Karena pada umumnya hal itu adalah mustahil bagi kebanyakan orang,
sebab memang sulit meninggalkan sesuatu, apalagi yang belum kita peroleh.
Karena sesungguhnya tidak berkeputusanlah kehausan kita terhadap yang kita
idam-idamkan.
174 Terjemahan
Jika orang kaya-kaya menggembar-gemborkan diri telah
bersedekah kepada orang miskin, hal itu tidaklah aneh, karena memang sudah
menjadi fungsi [kegunaan] dari uang itu untuk disedekahkan. Jika dipakai untuk
hal lain daripada itu, menderita kemiskinan namanya.
175 Terjemahan
Sekarang dengarlah perihal orang yang tinggi ilmu
kebijaksanaannya, yaitu bahwa ia tidak saying untuk mengorbankan harta benda,
kekayaannya, walau nyawanya sekalipun, apabila untuk kepentingan umum. Sebab ia
sadar akan kekekalan jiwa dan tidak kekekalan benda, keadaan lahiriah ini. Oleh
karena itu ia lebih baik demi untuk kepentingan umum.
176 Terjemahan
0leh karena itu yang harus diperbuat ialah janganlah kikir
dalam memberi dana-punia, buatlah usaha untuk amal, pergunakanlah kekayaan
untuk meningkatkan kesejahtraan. Karena sesungguhnya, kewibawaan itu akan tidak
terhenti menyertai kita apabila karma phala yang memenyebabkannya itu belum
habis [artinya=berbuatlah baik selalu agar karma phala yang baik tidak sampai
habis].
177 Terjemahan
Begini nasihatku, kegunaan mempelajari pusaka suci Weda
ialah agar dapat memuja Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi Sang Hyang Siwa Agni
[Tuhan Yang Maha Esa], juga agar tahu doa-doa, tatacara pelaksanaan upacara
korban suci, bentuk upacara korban suci [yadnya]dan upakara-upakara [sarana-sarana
korban] lain dalam kehidupan [widhi widhana]. Inilah yang hendak hamba
beritahukan; gunanya kitab suci Weda itu dipelajari; siwagni patut dipuja agar
tahu mantra-mantra serta bagian-bagian dari kurban kebaktian, widhi-widhana
[upacara dlam kehidupan] dan lain-lainnya; adapun gunanya harta kekayaan
disediakan adalah untuk dinikmati dan disedekahkan; akan guna wanita adalah
untuk menjadi istri [dirangkul, dicumbu] dan untuk melanjutkan keturunan baik,
peria maupun wanita; guna sastra suci itu untuk diketahui dan diamalkan dalam
sila dan acara; sila artinya pekerti pembawaan diri; acara artinya tingkah laku
sesuai dengan ajaran agama.
178 Terjemahan
Apalah gunanya harta kekayaan jika tidak disedekahkan dan
tidak dinikmati; demikian juga kesaktian tidak akan ada gunanya jika tidak
dipakai mengalahkan musuh. Pun ilmu
pengetahuan tidak akan berguna jika tidak dipakai suluh untuk kesempurnaan
terlaksananya tugas kewajiban. Begitu pula pengetahuan bathiniah tidak akan ada
faedahnya jika tidak dipakai mengalahkan panca-indra dan untuk menguasai sifat-sifat
rajah [keserakahan] dan tamah [kemalasan].
179 Terjemahan
Orang yang harta kekayaannya mengalir ke luar masuk
perbendaharaannya tetapi tidak dipergunakan untuk berdana-punia [sedekah], ia
adalah tidak lain dari orang mati, bedanya dengan mayat hanyalah ia masih
bernafas. Ia tidak bedanya dengan pompa apinya tukang emas.
180 Terjemahan
Ada yang dinamai abhaya-dana [pemberian perlindungan] yang
nilainya lebih mulia dari segala pemberian, umpamanya pemberian sebidang tanah
dan sebagainya. Aghaya artinya tidak takut. Dana artinya pemberian. Ketidak
takutan itulah yang diberikan pada setiap makhluk apa pun juga. Orang yang
demikian perbuatannya tidak akan pernah mendapat bahaya di dunia ini. Semua
makhluk menjadi cinta kasih dan horma serta bhakti kepadanya sampai di kelak
kemudian hari.
181 Terjemahan
Hal-hal yang tersebut di bawah ini memperbesar pahala dari
suatu pemberian yaitu : desa, kala,
agama, ksetra, drbya, datta dan manah. Semuanya itu mulia. Karena itulah
membuat pentingnya buah dari kedermawanan seseorang. Desa artinya pembagian
tanah, tanah yang subur dan sucilah yang patut disedekahkan. Kala artinya waktu
yang tepat berbuat sedekah. Agama yaitu pemberian ajaran pustaka suci yang
menerangkan mendalam tentang perihal keagamaan. Yang dimaksud dengan kstra
[obyek] ialah orang yang memang tepat untuk menerima sedekah itu antara lain
orang yang berkelakuan baik dan memang orang yang tepat untuk menerima sedekah.
Druwya yakni barang yang disedekahkan haruslah yang baik. Datta ialah orang
yang memberi sedekah atau orang yang melakukan upacara korban suci itu
hendaknya orang yang tepat untuk itu. Manah artinya pikiran si pemberi sedekah
itu haruslah tulus ikhlas. Inilah yang menyebabkan pahala persedekahan yang
lebih besar yaitu mendapat keselamatan selalu.
182 Terjemahan
Dan lagi orang yang memberi nasi pada waktu orang kelaparan
dibandingkan dengan pemberian emas pada waktu orang makmur, adalah sama
nilainya. Kedua dermawan itu akan sama-sama menikmati kebahagiaan sorga kelak.
183 Terjemahan
Adapun yang dimaksud dengan waktu yang baik ialah bahwa ada
yang dinamai; daksina-yana yaitu ketika matahari [beredar berkisar selatan], da
nada juga yang disebut uttara-yana yaitu ketika matahari berada berkisar dari
katulistiwa bergerak ke utara. Ada juga waktu yang dinamai sada-muka dan
siti-muka yaitu waktu terjadi gerhana bulan dan gerhana matahari. Juga waktu
baik ialah ketika matahari sedang ada di katulistiwa. Segala sesuatu yang
disedekahkan pada waktu-waktu tersebut di atas, amatlah besar pahalanya.
184 Terjemahan
Biarpun sedikit pemberian itu, asalkan dapat mengurangkan
kehausan akan barang itu, besarlah faedahnya. Meskipun banyak dan dapat
menghilangkan kehausan akan barang itu akan tetapi kalau diperoleh dengan jalan
yang kurang halal, maka tidak adalah gunanya pemberian itu. Jadi bukanlah
jumlah yang banyak atau sedikit jumlah pemberian itu yang menghasilkan banyak
sedikitnya pahala, tetapi tujuan utama pemberian itu yang penting dan juga
halal atau haramnya cara memperoleh.
185 Terjemahan
Janganlah berdana-punia pada orang jahat, jangan suka
mengagul-ngagulkan kegunaan atau jasa diri sendiri, jangan menerima dana-punia
yang diperoleh dengan jalan yang tidak patut dan jangan pula meminya tolong
kepada orang jahat.
186 Terjemahan
Apabila tidak ada Brahmana [ustad] yang baik budi dan
sekaligus pandai akan ajaran agama, yang patut diberi dana-punia menurut orang
bijaksana, maka tidak ada gunanya sedekah itu diberikan. Singkatnya, bukanlah
sembarang orang Brahmana yang patut diberi dana-punia untuk jangan menjadi
sia-sia dana-punia itu.
187 Terjemahan
Adapun yang harus diberi dana-punia ialah orang yang
berkelakuan baik, orang miskin, orang yang tak dapat mencari makan, orang yang
betul-betul memerlukan bantuan. Pemberian dana-punia [pertolongan] pada
orang-orang demikian akan besarlah pahalanya.
188 Terjemahan
Yang harus diingat orang yang memberikan sedekah jangan
sekali-kali mengharapkan pujian dan juga memberikan dana-punia jangan
berdasarkan karena takut, jangan mengharap supa dapat balasan, itulah yang patut
diingat oleh seorang dermawan. Memberi sedekah adalah sudah merupakan
kewajiban, tetapi bukanlah sedekah namanya jika diberikan dengan mengharapkan
balasan.
189 Terjemahan
Apabila ayah bunda yang meminta, biar nyawa sekalipun yang
diminta, berikanlah kepadanya, sebab merekalah yang mengadakan kamu.
190 Terjemahan
Bahwa amat besarlah kesakitan yang dirasakan oleh seorang
ibu ketika melahirkan kita. Sekarang kita berhutang segala-galanya kepadanya
yang tak akan terbalaskan sampai seratus tahun [seumur hidup].
191 Terjemahan
Ya, anakku Sri Danameya, orang yang miskinlah yang anakku
harus beri dana-punia. Jangan bersedekah kepada orang kaya. Memang, seyogyanya
kepada orang sakitlah obat itu harus diberikan, karena untuk orang yang sehat,
obat itu tidak ada gunanya.
192 Terjemahan
Apabila ada orang melarat tetapi tidak meminta bantuan,
usahakanlah agar ia dapat pertolongan, sebab memperhatikan kesejahtraan umum
tanpa pamerih bagi diri sendiri adalah puncaknya kebajikan. Itulah yang
didapati dalam memberikan sedekah kepada orang yang memerlukan, tanpa menunggu
dimintai.
193 Terjemahan
Dan lagi jangan sekali-kali marah kepada orang yang meminta
sedekah. Janganlah mengusir, walaupun ia orang hina atau meski anjing sekali
pun, karena sesungguhnya tidak akan sia-sialah pemberian dana-punia terhadap
mereka.
194 Terjemahan
Dan lagi siapakah yang demikian gegabah mencela orang yang
meminta sedekah, orang yang meminta-minta setiap hari dan orang yang datang
meminta dengan sangat ? Karena bukankah
mereka itu dapat diumpamakan sebagai guru yang mengajarkan kita untuk berbuat
kebaikan ? Atau sebagai matahari yang
setiap hari terbit untuk menghilangkan kegelapan hati kita ? atau sebagai orang
pembersih kaca yang tak hentinya menggosok menghilangkan kotoran-kotoran dalam
hati kita ? demikianlah orang yang meminta-minta itu sesungguhnya.
195 Terjemahan
Sebenarnya tidak ada dosa lebih besar dari pada hal-hal
sebagai berikut yaitu orang yang menjawab dengan “nasti” dan orang yang
mengatakan “dehi”. Dehi artinya “berikan padaku”. Demikian orang yang ingin
mendapat apa yang dimintanya. Nasti artinya “tidak ada” demikian orang kikir
yang dimintai itu. Kedua hal ini adalah puncaknya dosa. Baikpun yang berkata
“dehi” maupun yang menjawab dengan perkataan “nasti” keduanya itu berdosa secara
timbal balik. Tegasnya, kedua belah pihak sama-sama berbuat dosa.
196 Terjemahan
Untuk menghilangkan dosa dalam meminta-minta, si
peminta-minta itu hendaknya memberikan nasihat dengan berkata : “tidak baik
orang bersifat kikir, usahakanlah memberikan sedekah. Lihatlah akibatnya orang
yang tidak mau memberikan sedekah pada waktu hidupnya dulu. Ia sekarang menjadi sebagai saya ini. Maukah
tuan sebagai saya sekarang ini ? oleh karena itu buatlah persedekahan”.
Demikianlah wejangan yang diberikan sehingga sebenarnya tidak hanya meminta
tetapi juga memberikan nasehat. Itu menyebabkan perbuatannya menjadi suci.
197 Terjemahan
Tambahan pula, biarpun ada atau pun tidak ada pahalanya,
berikanlah dana-punia sebagaimana mestinya dan seberapa dapatnya. Demikian pulalah
halnya dengan yang harus dipersembahkan kehadapan Hyang Widhi Wasa [Tuhan Yang
Maha Esa]. Pemberian dana-punia atau persembahan itu pastilah berpahala. Itulah
yang harus diperbuat pertama-tama.
198 Terjemahan
Bahwa dana-punia berwujud mas, sapid an sawah lading itu
amat suci. Suci maksudnya dapat menghilangkan mala petaka dan menghantarkan
manusia ke sorgaloka.
199 Terjemahan
Singkatnya adapun yang patut disedekahkan adalah mas, perak,
kain-kain, mutiara, perhiasan, sawah, lading dan segala yang berharga itulah
berikan.
200 Terjemahan
Apabila sedekah itu berupa sapi coklat, serta dihiasi dengan
kain dan ujung tanduknya diselubungi emas beserta tempat suci dari kuningan,
pahalanya kelak ia akan menjadi sapi yang dapat memenuhi segala kehendak hati;
kalau di dunia baka sama halnya dengan mempunyai bhatari Nandini.
201 Terjemahan
Apabila dupa harum, boreh wangi, kain-kain halus, karangan
bunga dan lain-lain yang disedekahkan, orang yang menyedekahkan itu akan
menjelma kelak menjadi orang cantik, sehat walafiat dan berbudi pekerti baik.
202 Terjemahan
Adapun memberikan sedekah yang gampang mendapatnya sebagai
umpamanya minyak, air, sumbu, obor, pahalanya ialah akan hidup senang dengan
seluruh keluarga di akhirat.
203 Terjemahan
Karena sesungguhnya sangat sukar mendapat air di jalan ke
sorga [di padang penangsaran]. Maka dengan memberikan air sebagai sedekah,
pasti akan memperoleh kepuasan, tidak mendapat kesulitan akan air di dunia
sana.
204 Terjemahan
Orang yang menyedekahkan pelita, pahalanya kemudian ialah
matanya bersinar nyalang, rupawan, lampai, halus, jernih berseri air mukanya.
Jika obor yang disedekahkan, akan menjelma menjadi orang rupawan, berwibawa dan
gemilang cahaya mukanya kelak.
205 Terjemahan
Pahalanya menghaturkan dana-punia kepada seorang Pendeta,
kelak sampai di Indraloka dipuja dan dihormati oleh bidadari dan bidadara.
206 Terjemahan
Kalau terompah atau sandal, sepatu yang diupayakan, ia akan
selamat dan tak kurang suatu apapun, berpahala sorga kelak, dihormati oleh para
dewa.
207 Terjemahan
Biarpun sedekahnya banyak taka da taranya, walaupun samua
kepunyaanya disedekahkan, tetapi jika memberikannya itu dengan pikiran keruh
dan dengan tulus ikhlas, tiada bergunalah sedekah itu. Singkatnya, kerelaan
hatinya yang menentukan pahalanya dari dana-punia.
208 Terjemahan
Apabila seseorang tidak ingin menikmati sesuatu apapun di
akhirat kelak maka ia hendaknya memberikan sedekah kepada orang gunawan segala
sesuatu yang ia sendiri sangat cintai dan sukai.
209 Terjemahan
Adapun perbedaan tingkat persedekahan itu ialah : apabila punia [sedekah] itu dihaturkan kepada
sulinggih [orang suci] yang dihaturi datang dan yang telah disambut dengan
hatur pujastuti, dihaturi pencuci kaki dan lain-lain, maka pemberian punia ini
adalah punia yang utama serta utama pulalah pahalanya, apabila punia itu
diberikan karena memang diminta, persedekahan ini adalah tingkat menengah dan
menengah pulalah pahalanya.
210 Terjemahan
Apabila sedekah itu diberikan dengan penghinaan dan
kemarahan, dengan tidak tulus ikhlas serta tidak percaya akan adanya hukum
karmaphala, maka pemberian itu sedekah yang hina, dan amat rendah pulalah
pahalanya kelak. Demikian kata orang pandai-pandi.
211 Terjemahan
Segala perbuatan, baik memuja atau memberi sedekah, bertapa
atau berbuat amal tetapi tidak disertai oleh ketulusan hati, segala perbuatan
itu dianggap hina dan tidak akan berguna pada kehidupan ini ataupun pada
penjelmaan yang akan datang.
212 Terjemahan
Bagi orang yang baru mulai belajar melakukan dana-punia,
mulailah dengan memberikan barang-barang yang diberikan sebagai amal semacam
ampas, makanan murah, kecambah, umbi-umbian dan bermacam daun-daunan yang boleh
dimakan. Kalau telah ikhlas memberikannya, itulah permulaan dari kebiasaan baik
yang akhirnya akan rela memberikan apapun juga walau sampai darah daging kita
sekalipun.
213 Terjemahan
Orang yang hanya memerintahkan saja, menyuruh orang lain
bersedekah [sedang ia sendiri tidak], banyak atau sedikit, orang yang demikian
perbuatannya tidak akan bisa mencapai maksudnya kelak, tidak berpahala segala
tujuan dan angan-angannya, sebagai halnya orang mandul yang tak berhasil segala
yang dibuatnya.
214 Terjemahan
Ada yang berkata begini: ‘Ya Tuhan, saya akan berbuat
kebajikan, saya akan berbuat apa yang dianggap baik”. Tetapi nyatanya ia tidak
sungguh-sungguh melakukannya, maka hilanglah ‘ista”-nya. Yang disebut ista
ialah:
215 Terjemahan
Pemujaan kepada Hyang Eka-Agni [api tunggal yang suci]. Pada
Hyang Triagni [api tiga yang suci] yang diberikan pada waktu upacara korban
[upacara pe-dana-an]. Itulah ‘ista’ namanya. Yag disebut ‘Purta” ialah :
216 Terjemahan
Pemberian yang berbentuk waduk-waduk, sumur-sumur,
telaga-telaga yang airnya mengalir, khayangan-khayangan tempat pemujaan,
penginapan-penginapan, pertapaan-pertapaan, tetamanan, balai peristirahatan,
tempat berteduh di sepanjang jalan dan sebagainya termasuk dapur umum, inilah
pekerjaan amal namanya.
217 Terjemahan
Orang yang belum memenuhi kewajiban hidupnya yaitu belum
melakukan catur warga [dharma, artha, kama, moksa] amat takut ia kedatangan
maut. Tetapi orang yang sudah memenuhi kewajiban hidupnya yaitu melakukan
dharma untuk keselamatan dunia, tidak sabar ia menantikan waktu datangnya maut,
sebagai kegelisahan orang menanti kedatangan sahabat pujaannya saja layaknya.
218 Terjemahan
Orang yang sama sekali tidak berbuat kebajikan [dharma],
betapakah ia akan enak tidurnya, karena hanya kematian sajalah pintu pemisahnya
untuk langsung masuk alam neraka.
219 Terjemahan
Adapun orang yang tanpa menghiraukan bahwa dirinya sendiri
lapar, tetapi memberikan nasi bekalnya kepada kelana yang tidak dikenalnya yang
dijumpainya di perjananan dan kepayahan, besarlah pahala kebaikan yang akan
diterimanya kelak.
220 Terjemahan
Apabila ada orang yang antara lain berbuat kebajikan dengan
memberikan nafkah pada orang kelaparan, miskin, rendah hati dan yang tidak tahu
di mana ia bisa mencari makan untuk menghilangkan laparnya maka orang yang
berbuat kebajikan demikian tidak ada bandingnya di dunia ini dan pun di dunia
sana.
221 Terjemahan
Sebab sedekah berupa makanan pasti membuat senang baikpun
bagi yang memberi apalagi bagi yang diberi, demikianlah kenyataan akibat dari
pemberian yang menyenangkan.
222 Terjemahan
Yang harus diberikan kepada orang yang menderita ditimpa
kesusahan, ialah bantuan pertolongan. Kepada orang yang kepayahan datang padamu
untuk beristirahat berikanlah tikar dan bale-bale, kepada orang yang haus
airlah sedekahnya dan kepada orang lapar berikanlah makanan.
223 Terjemahan
Dan lagi pandangan ramah, hati yang tulus ikhlas, kata-kata
yang menggembirakan serta penyebutan yang sopan santun, semua ini hendaknya
dilakukan untuk menyertai pemberian sedekah sesuai dengan keadaan sebenarnya.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.