BAB X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
136 Terjemahan
Apabila orang sayang kepada nyawanya sendiri, mengapa ingin
mencabut nyawa lain orang lain maupun makhluk lain ? hal itu tidak menghiraukan
orang lain namanya. Apa saja yang rasanya menyenangkan untuk dirinya sendiri,
itulah yang harus diperbuat terhadap orang lain.
137 Terjemahan
Bahwa sesungguhnya badan kasar ini tidak kekal keadaannya ;
kalau ia mati tidak berharga lagi karena sesungguhnya kepalanyapun dapat
dilangkahi anjing demikianlah sebenarnya. Oleh sebab itu mengapa sampai
mencelakakan orang lain untuk memelihara badan kasar ini. Apa sepatutnyakah
demikian ?
138 Terjemahan
Inilah kerendahan nilai badan kasar yaitu ia pasti menjadi
ulat, abu atau kotoran. Oleh karena itu mengapa sampai mencelakakan orang lain
untuk merawat dan memeliharanya. Untuk apakah itu ?
139 Terjemahan
Singkatnya berbuatlah untuk kesejahtraan masyarakat, oleh
karena walaupun kita berjalan, duduk, bangun, tidur, tetapi tidak dipergunakan
untuk kesejahtraan umum, tidak berbedalah perbuatan kita dari tingkah laku
binatang.
140 Terjemahan
Kini diumpamakan sebagai rusa yang menjadi makanan harimau.
Rusa itu beranak seekor, harimau beranak enam atau tujuh sekali, tetapi
walaupun enam atau tujuh itu tidak hidup semuanya, sebab ia masuk golongan yang
memakan makhluk hidup lain. Harimau yang melakukan perbuatan membencanai
makhluk hidup lain, menerima pahalanya yang celaka, sedang yang dimakan yaitu
rusa yang dibencanai itu tidak menerima nasib yang celaka.
141 Terjemahan
Jika ada orang yang tidak pernah melakukan perbuatan yang
mencelakan makhluk lain, tidak membunuh, dan hanya hal-hal yang menyenangkan
yang diperbuatnya selalu terhadap semua makhluk, maka ialah yang mendapat
kebahagiaan tertinggi.
142 Terjemahan
Pahalanya orang yang tidak membunuh-bunuh [menyakiti] di
dunia ini ialah bahwa segala yang diingini, semua yang ditujunya, segala yang
dipikirkannya, dengan udah tanpa penderitaan pasti tercapai olehnya.
143 Terjemahan
Diterangkan bahwa kalau kecantikan yang dikehendaki,
kesempurnaan yang tanpa cacat, panjang usia, kepandaian, kesaktian maupun
ingatan yang tajam, maka hendaknya janganlah melakukan perbuatan yang menyakiti
makhluk lain.
144 Terjemahan
Dan lagi orang yang memberikan abhaya [perlindungan], abhaya
adalah tidak adanya rasa takut yang diberikan kepada makhluk lain didorong oleh
besarnya rasa kasih saying, pastilah dibalas dengan keselamatan oleh semua
makhluk di dunia ini maupun di dunia lain di kelak kemudian hari.
145 Terjemahan
Jika dibandingkan antara pemberian makanan kepada semua
makhluk dengan menyelamatkan jiwa satu makhluk jika ditimbang-timbang lebih
mulialah nilainya hal menyelamatkan jiwa satu makhluk tersebut.
146 Terjemahan
Oleh karena tidak ada lebih mulia daripada jiwa, hanya
jiwalah yang harus dimuliakan di dunia, maka orang hendaklah mengasihi makhluk
lain sebagai ia mengasihi dirinya sendiri. Demikianlah hendaknya kasih saying
kita pada orang lain.
147 Terjemahan
Adapun Orang yang bertingkah laku tidak pernah marah, tidak
pernah berbohong, tidak pernah membunuh, tidak pernah berbuat dosa, selalu
berbuat suci, maka ia mendapat pahala panjang usia kelak maupun sekarang.
148 Terjemahan
Adapun orang yang keaadaannya pada kehidupan ini menjadi
manusia penuh dosa, penyakitan, jahat, suka membunuh, pendek umur, maka semua
itu menurut ajaran agama adalah pahala yang didapatnya dari perbuatan-perbuatan
jahat yang dilakukan dalam penjelmaannya yang lampau.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.