BAB VI MEDITASI MENGENDALIKAN PIKIRAN DAN INDRIA (DHYANA YOGA)




 

Bhagawad-gita bab 6 adalah tentang Dhyana Yoga, menguraikan tentang astanga yoga, sejenis latihan meditasi lahiriah.

Mengendalikan pikiran dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paramatma (Roh Yang Utama, bentuk Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi. samadhi artinya sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha Kuasa.
6.1 Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Orang yang tidak terikat pada hasil pekerjaannya dan bekerja menurut tugas kewajibannya berada pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi. Dialah ahli kebatinan yang sejati, bukanlah orang yang tidak pernah menyalakan api dan tidak melakukan pekerjaan apapun yang menjadi sannyāsī dan yogi yang sejati.
DOA***
O Tuhan Yang Mahakuasa, hamba tidak mempunyai keinginan untuk mengumpulkan kekayaan atau menikmati wanita-wanita yang cantik. Hamba juga tidak menginginkan sejumlah pengikut. Yang hamba inginkan adalah karunia yang tiada sebabnya berupa kesempatan untuk berbhakti kepada Anda dalam hidup hamba, dalam setiap penjelmaan."

6.2 Terjemahan
Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang disebut melepaskan ikatan sama dengan yoga atau mengadakan hubungan antara diri kita dengan Yang Mahakuasa, wahai putera Pāṇḍu, sebab seseorang tidak akan pernah dapat menjadi yogi kecuali ia melepaskan keinginan untuk memuaskan indera-indera.

6.3 Terjemahan
Dikatakan bahwa pekerjaan adalah cara untuk orang yang baru mulai belajar sistem yoga yang terdiri dari delapan tahap, sedangkan menghentikan segala kegiatan material dikatakan sebagai cara untuk orang yang sudah maju dalam yoga.
***Proses menghubungkan diri kita dengan yang Mahakuasa disebut yoga. Yoga dapat diumpamakan sebagai tangga untuk mencapai keinsafan rohani tertinggi. Tangga tersebut mulai dari keadaan material yang paling rendah bagi makhluk hidup dan naik sampai keinsafan diri yang sempurna dalam kehidupan rohani yang murni. Menurut berbagai tingkat, bagian-bagian  tangga tersebut dikenal dengan berbagai nama. Tetapi secara keseluruhan, tangga yang lengkap disebut yoga dan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu jñāna-yoga, Dhyana-yoga dan bhakti-yoga. Awal tangga itu disebut tahap yoga-ruruksu, dan tingkat tertinggi disebut yoga-ruda.
Mengenai sistem yoga terdiri dari delapan tahap, usaha-usaha pada awal untuk masuk dalam semadi melalui prinsip-prinsip yang mengatur hidup dan latihan berbagai sikap duduk (yang kurang lebih merupakan senam jasmani) dianggap kegiatan material yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Segala kegiatan seperti itu menuju tercapainya keseimbangan mental yang sempurna untuk mengendalikan indera-indera. Apabila seseorang sudah ahli dalam latihan semadi, ia menghentikan segala kegiatan pikiran yang mengganggu.

6.4 Terjemahan
Dikatakan bahwa seseorang sudah maju dalam yoga apabila dia tidak bertindak untuk kepuasan indera-indera atau menjadi sibuk dalam kegiatan untuk membuahkan hasil setelah meninggalkan segala keinginan material.

6.5 Terjemahan
Seseorang harus menyelamatkan diri dengan bantuan pikirannya, dan tidak menyebabkan Diri-Nya merosot. Pikiran adalah kawan bagi roh yang terikat, dan pikiran juga musuhnya.
***Pikiran menyebabkan ikatan manusia dan pikiran pula yang menyebabkan pembebasannya. Pikiran yang terikat dalam obyek-obyek indera menyebabkan ikatan, dan pikiran yang dibebaskan dari ikatan terhadap obyek-obyek indera menyebabkan pembebasan" (Amrtabindu Upanisad 2). Karena itu, pikiran yang selalu tekun dalam kesadaran Krishna menyebabkan pembebasan yang paling utama.

6.6 Terjemahan
Pikiran adalah kawan yang paling baik bagi orang yang sudah menaklukkan pikiran; tetapi bagi orang yang gagal mengendalikan pikiran, maka pikirannya akan tetap sebagai musuh yang paling besar.

6.7 Terjemahan
Orang yang sudah menaklukkan pikiran sudah mencapai kepada Roh Yang Utama, sebab dia sudah mencapai ketenangan. Bagi orang seperti itu, suka dan duka, panas dan dingin, penghormatan dan penghinaan semua sama.

6.8 Terjemahan
Dikatakan bahwa seseorang sudah mantap dalam keinsafan diri dan dia disebut seorang yogi (atau ahli kebatinan) apabila ia puas sepenuhnya atas dasar pengetahuan yang telah diperoleh dan keinsafan. Orang seperti itu mantap dalam kerohanian dan sudah mengendalikan diri. Dia melihat segala sesuatu—baik batu kerikil, batu maupun emas—sebagai hal yang sama.
***Tiada seorangpun yang dapat mengerti sifat rohani, nama, bentuk, sifat, dan kegiatan Sri Krishna melalui indera-indera yang dicemari secara material. Hanya kalau seseorang kenyang secara rohani melalui pengabdian rohani kepada Tuhan, maka nama, bentuk, sifat dan kegiatan rohani Krishna diungkapkan kepadanya." (Bhakti-rasamrta-sindhu 1.2.234)

6.9 Terjemahan
Seseorang dianggap lebih maju lagi apabila dia memandang orang jujur yang mengharapkan kesejahteraan, penolong yang penuh kasih sayang, orang netral, perantara, orang iri, kawan dan musuh, orang saleh dan orang yang berdosa dengan sikap pikiran yang sama.

6.10 Terjemahan
Seorang rohaniawan seharusnya selalu menjadikan badannya, pikiran dan Diri-Nya tekun dalam hubungan dengan Yang Mahakuasa. Hendaknya dia hidup sendirian di tempat yang sunyi dan selalu mengendalikan pikirannya dengan hati-hati. Seharusnya dia bebas dari keinginan dan rasa memiliki sesuatu.
Srila Rupa Gosvami menguraikan ciri-ciri kesadaran Krishna sebagai berikut:
Apabila seseorang tidak terikat pada sesuatupun, tetapi pada waktu yang sama menerima segala sesuatu dalam hubungan dengan Krishna, maka dia berada dalam keadaan benar yang melampaui keinginan untuk memiliki benda-benda. Di pihak lain orang menolak segala sesuatu tanpa pengetahuan tentang hubungannya dengan Krishna kurang lengkap dalam melepaskan ikatannya." (Bhakti-rasamrta-sindhu 2.255-256)
Orang yang sadar akan Krishna mengetahui dengan baik bahwa segala sesuatu adalah milik Krishna. Karena itu, dia selalu bebas dari rasa memiliki benda-benda secara pribadi. Karena itu, dia tidak berhasrat memiliki sesuatu untuk Diri-Nya sendiri. Dia mengetahui bagaimana cara menerima hal-hal yang bermanfaat untuk kesadaran Krishna dan bagaimana cara menolak hal-hal yang tidak bermanfaat untuk kesadaran Krishna. Ia selalu menyisihkan diri dari hal-hal material karena dia selalu melampaui hal-hal duniawi. Dia selalu sendirian dan tidak mempunyai hubungan yang terlalu erat dengan orang yang tidak sadar akan Krishna. Karena itu, orang yang sadar akan Krishna adalah yogi yang sempurna.

6.11-12 Terjemahan
Untuk berlatih yoga, seseorang harus pergi ke tempat sunyi dan menaruh rumput kusa di atas tanah, kemudian menutupi rumput kusa itu dengan kulit rusa dan kain yang lunak. Tempat duduk itu hendaknya tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, dan sebaiknya terletak di tempat suci. Kemudian yogi harus duduk di atas tempat duduk itu dengan teguh sekali dan berlatih yoga untuk menyucikan hatinya dengan mengendalikan pikiran, indera-indera dan kegiatannya dan memusatkan pikiran pada satu titik.

6.13-14 Terjemahan
Seseorang harus menjaga badan, leher dan kepalanya tegak dalam garis lurus dan memandang ujung hidung dengan mantap. Seperti itu, dengan pikiran yang tidak goyah dan sudah ditaklukkan, bebas dari rasa takut, bebas sepenuhnya dari hubungan suami-isteri, hendaknya ia bersemadi kepada-Ku di dalam hati dan menjadikan Aku sebagai tujuan hidup yang tertinggi.

6.15 Terjemahan
Dengan berlatih mengendalikan badan, pikiran dan kegiatan senantiasa seperti itu, seorang ahli kebatinan yang melampaui keduniawian dengan pikiran yang teratur mencapai kerajaan Tuhan [atau tempat tinggal Krishna] dengan cara menghentikan kehidupan material.

6.16 Terjemahan
Wahai Arjuna, tidak mungkin seseorang menjadi yogi kalau dia makan terlalu banyak, makan terlalu sedikit, tidur terlalu banyak atau tidak tidur secukupnya.

6.17 Terjemahan
Orang yang teratur dalam kebiasaan makan, tidur, berekreasi dan bekerja dapat menghilangkan segala rasa sakit material dengan berlatih sistem yoga.

6.18 Terjemahan
Apabila seorang yogi mendisiplinkan kegiatan pikirannya dan menjadi mantap dalam kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi—bebas dari segala keinginan material—dikatakan bahwa dia sudah mantap dengan baik dalam yoga.

6.19 Terjemahan
Ibarat lampu di tempat yang tidak ada angin tidak bergoyang, seorang rohaniawan yang pikirannya terkendalikan selalu mantap dalam semadinya pada sang diri yang rohani dan melampaui hal-hal duniawi.

6.20-23 Terjemahan
Pada tingkat kesempurnaan yang disebut semadi atau samadhi, pikiran seseorang terkekang sepenuhnya dari kegiatan pikiran yang bersifat material melalui latihan yoga. Ciri kesempurnaan itu ialah bahwa seseorang sanggup melihat sang diri dengan pikiran yang murni ia menikmati dan riang dalam sang diri. Dalam keadaan riang itu, seseorang berada dalam kebahagiaan rohani yang tidak terhingga, yang diinsafi melalui indera-indera rohani. Setelah menjadi mantap seperti itu, seseorang tidak pernah menyimpang dari kebenaran, dan setelah mencapai kedudukan ini, dia berpikir tidak ada keuntungan yang lebih besar lagi. Kalau ia sudah mantap dalam kedudukan seperti itu, ia tidak pernah tergoyahkan, bahkan di tengah-tengah kesulitan yang paling besar sekalipun. Ini memang kebebasan yang sejati dari segala kesengsaraan yang berasal dari hubungan material.

6.24 Terjemahan
Hendaknya seseorang menekuni latihan yoga dengan ketabahan hati dan keyakinan dan jangan disesatkan dari jalan itu. Hendaknya ia meninggalkan segala keinginan meterial yang dilahirkan dari angan-angan tanpa terkecuali, dan dengan demikian mengendalikan segala indera di segala sisi melalui pikiran.

6.25 Terjemahan
Berangsur-angsur, selangkah demi selangkah, seseorang harus mantap dalam semadi dengan menggunakan kecerdasan yang diperkokoh oleh keyakinan penuh, dan dengan demikian pikiran harus dipusatkan hanya kepada sang diri dan tidak memikirkan sesuatu selain itu.

6.26 Terjemahan
Dari manapun pikiran mengembara karena sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak mantap, seseorang dengan pasti harus menarik pikirannya dan membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri.

6.27 Terjemahan
Seorang yogi yang pikirannya sudah dipusatkan pada-Ku pasti mencapai kesempurnaan tertinggi kebahagiaan rohani. Dia berada di atas pengaruh sifat nafsu, dia menginsafi persamaan sifat antara Diri-Nya dan Yang Mahakuasa, dan dengan demikian dia dibebaskan dari segala reaksi perbuatan dari dahulu.

6.28 Terjemahan
Dengan demikian, seorang yogi yang sudah mengendalikan diri dan senantiasa menekuni latihan yoga dibebaskan dari segala pengaruh material dan mencapai tingkat tertinggi kebahagiaan yang sempurna dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan.

6.29 Terjemahan
Seorang yogi yang sejati melihat Aku bersemayam di dalam semua makhluk hidup, dan dia juga melihat setiap makhluk hidup di dalam Diri-Ku. Memang, orang yang sudah insaf akan Diri-Nya melihat Aku, Tuhan Yang Maha Esa yang sama di mana-mana.

6.30 Terjemahan
Aku tidak pernah hilang bagi orang yang melihat Aku di mana-mana dan melihat segala sesuatu berada di dalam Diri-Ku, dan diapun tidak pernah hilang bagi-Ku.
***Dalam Brahma-samhita (5.38) dinyatakan:
Hamba menyembah Tuhan Yang Mahaabadi, Govinda, yang selalu dilihat oleh seorang penyembah yang matanya diolesi dengan salep cinta-bhakti. Beliau dilihat dalam bentuk-Nya yang kekal sebagai Syamasundara yang bersemayam di dalam hati penyembah itu."  Pada tingkat ini, Sri Krishna tidak pernah hilang dari penglihatan penyembah, dan penyembah juga tidak pernah tidak memandang Tuhan. Keadaan yang sama dialami oleh seorang yogi yang melihat Tuhan sebagai Paramatma di dalam hatinya. Seorang yogi seperti itu berubah menjadi seorang penyembah yang murni dan tidak tahan hidup selama sesaatpun tanpa melihat Tuhan di dalam hatinya.

6.31 Terjemahan
Seorang yogi seperti itu, yang menekuni pengabdian yang patut dihormati kepada Roh Yang Utama, dengan mengetahui bahwa Aku dan Roh Yang Utama adalah satu, selalu tetap di dalam Diri-Ku dalam segala keadaan.
***Dalam Nārada pancaratra, ini juga dibenarkan sebagai berikut:
Dengan memusatkan perhatian pada bentuk rohani Krishna yang berada di mana-mana dan di luar ruang dan waktu, seseorang khusuk berpikir tentang Krishna dan kemudian dia mencapai keadaan bahagia dalam pergaulan rohani dengan Beliau."
Kesadaran Krishna adalah tingkat semadi tertinggi dalam latihan yoga. Pengertian bahwa Krishna bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Paramatma menyempurnakan seorang yogi. Dalam Veda (Gopala-tapani Upanisad 1.21) adanya kekuatan Tuhan yang tidak terhingga tersebut dibenarkan sebagai berikut: eko 'pi san bahudhā yo 'vabhati. Walaupun Tuhan adalah satu, Beliau bersemayam sebagai banyak kepribadian dalam hati yang jumlahnya tidak dapat dihitung." Begitu pula dalam smrti-śastra dinyatakan:
Visnu adalah satu, namun pasti Beliau berada di mana-mana. Dengan kekuatan Beliau yang tidak terhingga, Beliau berada di mana-mana, walaupun Beliau mempunyai satu bentuk, seperti matahari yang kelihatan di banyak tempat pada waktu yang sama."

6.32 Terjemahan
Orang yang melihat persamaan sejati semua makhluk hidup, baik yang dalam suka maupun dalam dukanya, menurut perbandingan dengan Diri-Nya sendiri, adalah yogi yang sempurna, wahai Arjuna.

6.33 Terjemahan
Arjuna berkata: O Madhusūdana, sistem yoga yang sudah Anda ringkas kelihatannya kurang praktis dan hamba tidak tahan melaksanakannya, sebab pikiran gelisah dan tidak mantap.

6.34 Terjemahan
Sebab pikiran gelisah, bergelora, keras dan kuat sekali, o Krishna, dan hamba pikir menaklukkan pikiran lebih sulit daripada mengendalikan angin.
***Dalam kesusasteraan Veda (Katha Upanisad 1.3.3-4) dinyatakan:
Roh yang individual adalah penumpang di dalam kereta badan jasmani, dan kecerdasan adalah kusir. Pikiran adalah alat untuk mengemudikan, dan indera-indera adalah kuda. Seperti itulah, sang roh menikmati atau menderita sehubungan dengan pikiran dan indera-indera. Demikianlah pengertian para pemikir yang mulia." Seharusnya kecerdasan mengarahkan pikiran. Tetapi pikiran begitu kuat dan keras sehingga kadang-kadang pikiran menguasai kecerdasan seseorang, seperti halnya infeksi yang gawat barangkali melampaui kekuatan sejenis obat. Pikiran yang kuat seperti itu seharusnya dikendalikan dengan latihan yoga, tetapi latihan seperti itu tidak pernah praktis bagi orang yang berada di dunia seperti Arjuna. Jadi, apa yang dapat kita katakan tentang manusia modern? Contoh yang digunakan di sini cocok; seseorang tidak dapat menangkap angin yang bertiup. Lebih sulit lagi menangkap pikiran yang bergelora. Cara termudah untuk mengendalikan pikiran, sebagaimana diusulkan oleh Sri  Caitanya, ialah dengan mengucapkan mantra Hare Krishna," mantra agung untuk keselamatan, dengan sikap sangat rendah hati. Cara yang dianjurkan adalah sa vai manaḥ kṛṣṇa padaravindayoh: Seseorang harus menjadikan pikiran tekun sepenuhnya di dalam Krishna. Hanya pada waktu itulah tidak akan ada kesibukan lain lagi untuk menggoyahkan pikiran.

6.35 Terjemahan
Sri Krishna bersabda: Wahai putera Kuntī yang berlengan perkasa, tentu saja sulit mengendalikan pikiran yang gelisah, tetapi hal ini dimungkinkan dengan latihan yang cocok dan ketidakterikatan.

6.36 Terjemahan
Keinsafan diri adalah pekerjaan yang sulit bagi orang yang pikirannya tidak terkendali. Tetapi orang yang pikirannya terkendali yang berusaha dengan cara yang cocok terjamin akan mencapai sukses. Itulah pendapat-Ku.

6.37 Terjemahan
Arjuna berkata: O Krishna, bagaimana nasib seorang rohaniawan yang tidak mencapai sukses, yang mulai mengikuti proses keinsafan diri pada permulaan dengan kepercayaan, tetapi kemudian berhenti karena pikiran yang duniawi dan dengan demikian tidak mencapai kesempurnaan dalam kebatinan?

6.38 Terjemahan
O Krishna yang berlengan perkasa, bukankah orang seperti itu yang telah dibingungkan hingga menyimpang dari jalan kerohanian jatuh dari sukses rohani maupun sukses material hingga Diri-Nya musnah, bagaikan awan yang diobrak-abrik, tanpa kedudukan di lingkungan manapun?

6.39 Terjemahan
Inilah keragu-raguan hamba, o Krishna, dan hamba memohon agar Anda menghilangkan keragu-raguan ini sepenuhnya. Selain Anda, tiada seorangpun yang dapat ditemukan untuk membinasakan keragu-raguan ini.

6.40 Terjemahan
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Putera Pṛthā, seorang rohaniwan yang sibuk dalam kegiatan yang mujur tidak mengalami kemusnahan baik di dunia ini maupun di dunia rohani; orang yang berbuat baik tidak pernah dikuasai oleh kejahatan, wahai kawan-Ku.
***Dalam Srimad-Bhagavatam (1.5.17) Sri  Nārada Muni memberikan pelajaran kepada Vyasadeva sebagai berikut:
Kalau seseorang meninggalkan segala harapan material dan berlindung sepenuhnya kepada Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, maka dalam segala hal tidak ada kerugian maupun kemerosotan apapun. Di pihak lain, orang yang bukan penyembah barangkali sibuk sepenuhnya melakukan tugas-tugas kewajibannya, namun dia tidak memperoleh keuntungan apapun." Ada banyak kegiatan untuk harapanharapan material, baik kegiatan menurut Kitab Suci maupun adat dan kebiasaan. Seharusnya seorang rohaniwan meninggalkan segala kegiatan material demi kemajuan rohani dalam kehidupan, yaitu kesadaran Krishna. Barangkali ada orang yang mengatakan bahwa dengan kesadaran Krishna seseorang dapat mencapai kesempurnaan tertinggi kalau proses itu diselesaikan. Tetapi kalau ia tidak mencapai tingkat kesempurnaan seperti itu, dia rugi baik secara material maupun secara rohani. Dalam Kitab-kitab Suci dinyatakan bahwa seseorang harus menderita reaksi kalau dia tidak melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang telah di tetapkan. Karena itu, orang yang gagal melaksanakan kegiatan rohani yang sebenarnya akan mengalami reaksi-reaksi seperti itu. Dalam Bhagavatam dinyatakan seorang rohaniwan yang tidak mencapai sukses diberi jaminan bahwa dia tidak perlu khawatir. Walaupun mungkin dia akan mengalami reaksi karena tidak melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan secara sempurna,dia tetap tidak rugi, sebab kesadaran Krishna yang mujur tidak akan pernah dilupakan, dan orang yang sudah pernah tekun dalam kesadaran Krishna akan terus seperti itu kendatipun ia dilahirkan dalam keadaan yang rendah pada penjelmaan yang akan datang. Di pihak lain, orang yang hanya mengikuti tugas-tugas kewajiban secara ketat belum tentu mencapai hasil yang menguntungkan kalau dia kekurangan kesadaran Krishna.
Penjelasan ayat ini dapat dimengerti sebagai berikut. Manusia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan yang teratur dan golongan yang tidak teratur. Orang yang hanya sibuk dalam kepuasan indera-indera seperti hewan tanpa pengetahuan tentang penjelmaan yang akan datang maupun keselamatan rohani termasuk golongan yang tidak teratur. Orang yang mengikuti prinsip-prinsip tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dalam Kitab Suci termasuk golongan yang teratur. Golongan yang tidak teratur, baik beradab maupun tidak beradab, terdidik maupun belum terdidik, kuat maupun lemah, penuh Kecenderungan-kecenderungan seperti binatang. Kegiatan mereka tidak pernah menguntungkan, sebab sambil menikmati kecenderungan kecenderungan seperti binatang, yaitu, makan, tidur, membela diri dan berketurunan, untuk selamanya mereka tetap berada dalam kehidupan material, yang selalu penuh kesengsaraan. Di pihak lain, orang yang diatur oleh peraturan Kitab Suci dan berangsur-angsur naik sampai tingkat kesadaran Krishna dengan cara seperti itu pasti maju dalam kehidupan.
Orang yang mengikuti jalan yang menguntungkan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu, (1) orang yang mengikuti aturan dan peraturan rohani dan menikmati kemakmuran material, (2) orang yang berusaha mencari pembebasan tertinggi dari kehidupan material, dan (3) orang yang menjadi penyembah dalam kesadaran Krishna. Orang yang mengikuti aturan dan peraturan Kitab Suci untuk kesenangan material dapat dibagi lagi menjadi dua golongan: Orang yang bekerja dengan tujuan memperoleh hasil atau pahala untuk dinikmati dan orang yang tidak menginginkan hasil atau pahala apa pun untuk kepuasan indera-indera. Orang yang mencari hasil atau pahala untuk kepuasan indera-indera dapat naik tingkat sampai tingkatan hidup yang lebih tinggi—bahkan sampai planet-planet yang lebih tinggi sekalipun—tetapi oleh karena mereka masih belum lepas dari kehidupan material, mereka belum mengikuti jalan yang sungguh-sungguh menguntungkan. Satu-satunya kegiatan yang menguntungkan ialah kegiatan yang membawa seseorang sampai pembebasan. Kegiatan manapun yang pada akhirnya tidak bertujuan untuk mencapai keinsafan diri pada akhirnya atau pembebasan dari paham hidup jasmani yang material sama sekali tidak menguntungkan. Kegiatan dalam kesadaran Krishna adalah satu-satunya kegiatan yang menguntungkan, dan siapapun yang rela menerima segala kesulitan jasmani untuk mencapai kemajuan dalam menempuh jalan kesadaran Krishna dapat disebut seorang rohaniwan yang sempurna yang sedang melakukan pertapaan yang keras. Oleh karena sistem yoga yang terdiri dari delapan tahap pada akhirnya diarahkan menuju keinsafan kesadaran Krishna, latihan seperti itu juga menguntungkan, dan orang yang sedang berusaha sekuat tenaga dalam hal ini tidak perlu takut bahwa Diri-Nya akan merosot.

6.41 Terjemahan
Sesudah seorang yogi yang tidak mencapai sukses menikmati selama bertahun-tahun di planet-planet makhluk yang saleh, ia dilahirkan dalam keluarga orang saleh atau dalam keluarga bangsawan yang kaya.
***Para yogi yang tidak mencapai sukses dibagi menjadi dua golongan: Yang satu jatuh sesudah maju sedikit saja, dan yang lain jatuh sesudah lama berlatih yoga. Seorang yogi yang jatuh sesudah berlatih yoga selama masa singkat akan pergi ke planet-planet yang lebih tinggi. Makhluk-makhluk hidup yang saleh diperkenankan memasuki planet-planet yang lebih tinggi itu. Sesudah hidup yang panjang di sana, dia dikirim kembali ke planet ini, untuk dilahirkan dalam keluarga seorang brahmaṇā vaisnava yang saleh atau keluarga pedagang-pedagang dari golongan bangsawan.
Tujuan sejati latihan yoga ialah untuk mencapai kesempurnaan tertinggi kesadaran Krishna, sebagaimana dijelaskan dalam ayat terakhir dari bab ini. Tetapi orang yang tidak tekun sampai tingkat itu dan jatuh karena hal-hal duniawi menarik hatinya, atas berkat karunia Tuhan diizinkan menggunakan kecenderungan-kecenderungan material sepenuhnya. Sesudah itu, mereka di beri kesempatan untuk hidup secara makmur dalam keluarga yang saleh atau keluarga bangsawan. Orang yang dilahirkan dalam keluarga seperti itu dapat memanfaatkan fasilitas untuk berusaha naik tingkat sampai menjadi sadar akan Krishna sepenuhnya.

6.42 Terjemahan
Atau [kalau dia belum mencapai sukses sesudah lama berlatih yoga] dia dilahirkan dalam keluarga rohaniwan yang pasti memiliki kebijaksanaan yang tinggi. Memang, jarang sekali seseorang dilahirkan dalam keadaan seperti itu di dunia ini.

6.43 Terjemahan
Sesudah dilahirkan seperti itu, sekali lagi dia menghidupkan kesadaran suci dari penjelmaannya yang dahulu, dan dia berusaha maju lebih lanjut untuk mencapai sukses yang lengkap, wahai putera Kuru.

6.44 Terjemahan
Berkat kesadaran suci dari penjelmaan sebelumnya, dengan sendirinya dia tertarik kepada prinsip-prinsip yoga—kendatipun tanpa diupayakan. Seorang rohaniwan yang ingin menemukan jawaban seperti itu selalu berada di atas prinsip-prinsip ritual dari Kitab Suci.

6.45 Terjemahan
Apabila seorang yogi tekun dengan usaha yang tulus ikhlas untuk maju lebih lanjut, dengan disucikan dari segala pencemaran, akhirnya ia mencapai kesempurnaan sesudah melatihnya selama banyak penjelmaan, dan ia mencapai tujuan tertinggi.

6.46 Terjemahan
Seorang yogi lebih mulia daripada orang yang bertapa, lebih mulia daripada orang yang mempelajari filsafat berdasarkan percobaan dan lebih mulia daripada orang yang bekerja dengan maksud mendapatkan hasil atau pahala. Karena itu, dalam segala keadaan, jadilah seorang yogi, wahai Arjuna.

6.47 Terjemahan
Di antara semua yogi, orang yang mempunyai keyakinan yang kuat dan selalu tinggal di dalam Diri-Ku, berpikir tentang Aku di dalam Diri-Nya, dan mengabdikan diri kepada-Ku dalam cinta bhakti rohani sudah bersatu dengan-Ku dalam yoga dengan cara yang paling dekat, dan dialah yang paling tinggi diantara semuanya. Itulah pendapat-Ku.
***Tingkat kesempurnaan tertinggi dalam yoga hanya dapat dicapai dengan bhakti-yoga sebagaimana dibenarkan dalam segala kesusasteraan Veda:
Hanya kepada roh-roh yang mulia yang percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan guru kerohanian, segala arti pengetahuan Veda diperlihatkan dengan sendirinya." (svetasvatara Upanisad

6.23) Terjemahan
***Bhakti berarti pengabdian dengan cinta-bhakti kepada Tuhan, bebas dari keinginan untuk keuntungan material, baik di dalam hidup ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang. Seseorang harus menjadikan pikirannya khusuk sepenuhnya dalam Yang Mahakuasa, bebas dari segala kecenderungan seperti itu. Itulah maksud naiskarmya." (Gopala-tapani Upanisad 1.15)
Cara-cara tersebut merupakan beberapa di antara cara-cara untuk melaksanakan bhakti, atau kesadaran Krishna, tingkat kesempurnaan tertinggi dalam sistem yoga.

Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.

SARASAMUCAYA

Kitab saraccamuscaya adalah ringkasan dan cara mengaplikasikan ajaran Bhagawad-gita pada kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat, yang ditulis dengan bahasa Kawi oleh Bhagawan Wararuci, seorang guru Spiritual.

Postingan populer dari blog ini

Kata-Kata Motivasi Hidup untuk Masa Depan

Anda Akan Lebih Percaya Diri dan Berani Jika Baca Kata-kata Ini