BAB XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
Sarasamuscaya bab 20 adalah tentang kekuasaan maut, hendaknya gunakan waktu sebaik-baiknya untuk keberlangsungan hidup keluarga dan masyarakat.
Berikut adalah terjemahan ayat-ayat sarasamuscaya bab 20.
Janganlah berfoya-foya
membuang-buang waktu, apa yang rencananya dikerjakan besok, kerjakanlah
sekarang juga. Apa yang rencananya dikerjakan sore nanti, pagi inilah kerjakan,
karena sesungguhnya sang maut tidak sudi menunggu, tidak perduli apa sudah
ataukah belum selesai suatu pekerjaan itu.
365 Terjemahan
Kalau ada orang yang sudah akrab
dengan sang maut atau bisa luput dari ketuaan dan kematian, hanya dialah yang
berhak memastikan apa yang terjadi sekarang dan kelak kemudian hari.
366 Terjemahan
Memang benar sang waktu tidak
dapat dikirakan batas akhirnya, beratus-ratus tahun bahkan tidak terbatas,
sedangkan kesempatan untuk berbuat dalam hidup ini sangat terbataslah adanya,
oleh karena itu mengapa terlena? sementara masih hidup, pergunakanlah
kehidupan ini, abdikan demi untuk menegakkan kebenaran [dharma].
367 Terjemahan
Sesungguhnya sangatlah pendek
jangka kehidupan makhluk manusia itu. Dan kehidupan yang sudah pendek ini
dibagi lagi oleh malam yaitu saatnya manusia tidur karena desakan mata yang
mengantuk. Hanya separo yang tinggal. Dan sisanya yang separo ini diambil lagi
oleh waktu sakit, waktu sedih, waktu tua, dan halangan-halangan lain sehingga
benar-benar sangatlah singkatnya masa hidup manusia itu yang tinggal.
368 Terjemahan
Sayangnya tidak ada yang
menyadari bahwa sesungguhnya kehidupan makhluk manusia itu tenggelam di samudra
waktu yang maha dalam dengan kesakitan, ketuaan, dan kenestapaan sebagai
buayanya.
369 Terjemahan
Bukan obat, bukan mantra, bukan
upacara homa [korban api], tidak juga japa [ucapan doa berulang-ulang] yang
dapat membebaskan manusia dari cengkraman maut, menolak datangnya kematian,
walaupun bulak-balik mengucapkan mantra dengan bersuara atau tidak bersuara
berulang-ulang yang disebut dengan istilah “japa’.
370 Terjemahan
Kalau sesorang melihat orang yang
acuh tak acuh, sentosa dan tenang hatinya, tidak diganggu oleh kebingungan, dan
jika melihat orang menderita umur tua, atau melihat orang kesakitan atau
melihat orang mati tetapi ia tidak perduli pada semuanya itu seolah-olah ia
tidak akan mengalami hal yang demikian, maka orang yang bertingkah laku
demikian, tidaklah beda dengan suatu benda mati tanpa perasaan misalnya seperti
pecahan periuk saja adanya.
371 Terjemahan
Meski telah terkuasai dunia ini
sampai pada batas empat samudra, disebabkan oleh kesaktiannya yang maha hebat,
pasti ia tidak terluput dari penyakit, usia tua dan maut.
372 Terjemahan
Adapun sang maut itu, waktu
merupakan tubuhnya, sesaat sekejap dan sekedip, siang dan malam dan sejenisnya,
adalah bagian tubuh yang enam banyaknya; yang menjadi ciri tentang tubuhnya,
yang merupakan bentuk lahirnya adalah penyakit, usia tua ; demikianlah caranya
menampakkan diri; maut itu menyusup, meluas memenuhi seluruh dunia, ialah
mencaplok sekalian makhluk hidup yang ada, seperti misalnya ular pemakan
angina, maka ditelannyalah angina itu.
373 Terjemahan
Mumpung umur masih muda maka
giatkanlah melaksanakan kebajikan [dharma], karena prilaku orang yang sudah tua
itu sungguh-sungguh menyedihkan. Lihatlah umpamanya betapa sengsaranya seseorang
tua yang begini keadaannya yaitu orang tua itu tidak dapat melepaskan dirinya
dari tarikan wisaya [indra].
Orang tua itu sangat keras rasa keinginannya, tetapi ia tidak mampu menikmati yang diinginkannya itu, karena panca indranya
sudah surut lemah. Halnya itu tidak bedanya dengan seekor srigala tua yang tidak
bergigi lagi, tetapi ingin memakan tulang.
Terpaksa hanya dijilatnya saja
tulang itu untuk memenuhi keiinginannya untuk merasakan keenakannya walau hanya
sedikit saja.
Demikianlah persamaannya orang tua yang bernafsu dengan serigala
tua yang tanpa gigi. Kasihan ! dan
semuanya itu disebabkan oleh karena ketidak mampuannya ia memutuskan ikatan
nafsu.
374 Terjemahan
Bisa juga kita terlena akan ajal
yang mendatang walau sesungguhnya makhluk hidup ini tidak bedanya dengan orang
hukuman yang digiring ke tempat dijalankannya hukuman itu.
Setiap langkahnya
mendekati tenpat itu adalah pengurangan setapak lagi dari jangka hidupnya.
Demikian pulalah makhluk itu. Setiap malam yang terlewatkan olehnya berarti
pengurangan dari masa hidupnya yang membawanya semakin dekat pada kematian.
375 Terjemahan
Maut itu tidak dapat ditolak,
tidak sudi pula menunggu, demikianlah keadaannya. Karena itu salahlah kalau
orang merencanakan begini; “kebajikan yang harus kukerjakan sekarang akan
kukerjakan nanti saja”. Janganlah berpikir demikian. Kerjakan dan selesaikanlah
secepat-cepatnya segala perbuatan yang baik, segala pekerjaan-pekerjaan yang
berdasarkan dharma.
376 Terjemahan
Sesungguhnya tidak ada penghalang
dari suatu pekerjaan itu selain dari maut. Singkatnya mautlah yang kita takuti.
Oleh karena itu berlomba-lombalah bergiat melakukan pekerjaan atau kebaikan.
Seperti halnya buah-buahan, tidak ada yang dinanti selain dari masa gugurnya.
Demikian juga segala benda [makhluk] yang pernah ada [lahir] pasti akan
berakhir dengan lenyapnya [matinya].
377 Terjemahan
Kehidupan makhluk yang ditentukan
oleh pahala perbuatannya terdahulu itu [purwakarma] selalu diikuti oleh sang
maut yang mengincar dengan sangat hati-hatinya agar tepat pada waktunya.
Karena
walaupun remuk redam badan seseorang itu kena senjata [panah] kalau memang belum
tiba saat matinya, tidak datang tepat waktunya, ia tidak akan mati, tetapi
kalau sudah tiba ajalnya, walau hanya disentuh oleh ujung rumput, dapat juga
menyebabkan kematiannya.
378 Terjemahan
Kesimpulannya ialah berkehidupan
kita ini yang diombang-ambing oleh duka nestapa tidak luput dari pada kematian.
Dengan mengetahui halnya demikian itu janganlah hendaknya berdiam diri saja,
jangan pula berfoya-foya mendambakan sesuatu yang sesungguhnya tidak membawakan
kebahagiaan abadi.
379 Terjemahan
Sesungguhnya maut itu mengikuti
dan mengintai segala makhluk. Pada saat duduk, sedang tidur, waktu makan, dalam
bepergian, selalu sang maut mengikutinya. Dalam keadaan demikian mengapa
enak-enak terlena. Karena pada waktu-waktu demikian tidak bedanya engkau dengan
ikan di dalam kolamnya.
380 Terjemahan
Lagi pula jalan kehidupan ini
harus kamu tempuh yang harus masih akan dilalui ialah jalan yang sungguh sangat
berbahaya. Tidak ada tempat beristirahat, tidak ada perbekalan dan tidak ada
penyanggah tangan, tongkat, dan tidak
ada tempat berpegang dan lain-lainnya.
Tidak ada yang ditanyai, gelap gulita,
dunia tidak kelihatan, itulah jalan yang harus dilalui, sendirian tanpa kawan.
Lalu apa akal, apa usaha dalam menempuhnya ?
Tidak lain hanya kebajikanlah yang
harus dilakukan dengan berpegang teguh pada kesucian bathin. Itulah penuntun,
pemandumu [dalam perjalananmu itu].
381 Terjemahan
Dan lagi, pada saat-saatmu hampir
mati, ketika engkau tidak sadarkan diri, kebingungan, lenyap ingatanmu,
mendelik matamu, dengan nafas terengah-engah, pendek-pendek hampir putus,
satu-satu, di saat memasuki kegelapan yang tanpa pegangan, di saat demikian itu
mana istrimu, anakmu, sanak keluargamu ?
Hanya sebatang karalah engkau,
sendirian meneruskan perjalananmu.
382 Terjemahan
Kesimpulannya ialah bahwa ketuaan
itulah yang mengejar dan mengusir keremajaan. Ia pulalah yang mengurangi
kekuatan tubuh kita. Dengan lenyapnya kekuatan, wajah, serta segala bentuk
keremajaan dalam tubuh kita, maka keseluruhannya surutlah. Kalau sudah
menyhadari akan kenyataan itu, maka kamu hendaknya siap siaga dan dengan penuh
kehati-hatian menyimpan semua mas, intan, mas intan apa yang kami maksudkan ?
Semua itu tidak lain ialah perbuatan yang benar, tindakan yang merupakan
kebajikan.
383 Terjemahan
Sesungguhnya [dalam kehidupan
ini] kemewahan dan mas permata yang serba indah, yang dapat dimiliki secara
halal ataupun haram, semuanya itu tidak dapat dipakai alat untuk menghidarkan
penyakit, umur tua dan kematian.
384 Terjemahan
Adapun keremajaan itu tidaklah
kekal adanya. Demikian pula kecantikan rupa dan kemewahan hidup, kekayaan mas,
dan segala macam perhiasan. Kesehatan dan kegairahan dalam bercumbu rayu itu
adalah keadaan yang tidak kekal. Itulah sebabnya orang bijaksana tidak terikat
pada yang demikian itu.
385 Terjemahan
Janganlah lengah, jangan pula
demikian gembira di hati baru engkau merasa selamat, sehat bahagia serta
mempunyai banyak barang-barang mewah atau berumur panjang. Janganlah demikian
[lupa daratan].
Karena sesungguhnya dengan
semuanya itu engkau diperdayakan. Janganlah lengah sampai mempertaruhkan jiwamu
terhadap api yang kecil atau racun yang sedikit atau musuh yang kecil. Karena
jika tidak waspada, hidupmu bisa tidak tentram olehnya.
386 Terjemahan
Ada hal-hal yang dipercayai
tetapi tidak sepenuh hati oleh orang-orang bijaksana yaitu wanita, raja ular,
kepandaian, orang yang bersuwaka kepada musuh, sepenuh hati oleh orang-orang
bijaksana. Tidak digaulinya secara akrab, tidak didambakannya, tidak pantas
untuk dipertaruhkan dengan jiwa [karena semua itu tidak kekal adanya].
387 Terjemahan
Penjelmaan dalam kehidupan ini
diiringi oleh kesakitan, oleh masa tua, oleh kesedihan yang semuanya merupakan
kenestapaan belaka. Karena sesungguhnya bukanlah kebahagiaan sejati yang kita
rasakan pada waktu kita merasa senang di dunia ini, maka orang-orang bijaksana
menginginkan jalan moksa yaitu obat yang paling mujarab dari segala kesedihan.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.