BAB VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
Sarasamuscaya bab 6 menguraikan perihal catur warna ( empat golongan profesi ) yaitu brahmana ( konsultan ), ksatria ( administrator ), waisya ( ekonom ), dan sudra ( penyedia jasa ).
55 Terjemahan
- Brahmana [konsultan/penasehat] adalah golongan pertama, dan selanjutnya
- Ksatria [administrator dan bela negara], dan
- Waisya [ekonom]. Ketiga golongan tersebut adalah dwijati. Dwijati artinya lahir dua kali, sebab tatkala beliau menjadi pelajar, beliau menjadi abdi gurunya serta diberikan ajaran brata dan upacara-upacara. Kelahiran beliau yang keduakalinya setelah selesai beliau diberi upacara pensucian. Itulah sebabnya beliau ketiganya disebut lahir dua kali.
- Adapun sudra adalah golongan yang keempat yang disebut “ekajati” lahir satu kali. Ia tidak perlu melakukan brata dan upacara karena tidak mengalami masa belajar [brahmacari].
56 Terjemahan
Adapun kewajiban sang brahmana ialah
- mempelajari Weda,
- mengadakan upacara,
- memberi dana punia,
- selalu menyucikan diri lahir bathin, berkunjung ke tempat-tempat suci,
- memberikan ajaran agama,
- sebagai pemimpin upacara dan menerima dana-punya [pemberian suci].
57 Terjemahan
Inilah brata sang brahmana, dua belas banyaknya yaitu :
dharma, satya, tapa, dama, wimatsaritwa, hrih, titiksa, anasuya, yajna, dana,
dhrti, ksama. Demikianlah dua belas banyaknya.
- Dharma itu dari
- satyalah sumbernya
- tapa artinya badan sang sosana yaitu mengendalikan jasmani dan mengurangi nafsu.
- Dama artinya tahu menasehati diri sendiri.
- Wimatsaritwa artinya tidak iri hati.
- Hrih artinya malu atau mempunyai perasaan malu.
- Titiksa artinya jangan marah besar.
- Anasya artinya jangan berbuat dosa.
- Yadnya artinya senantiasa melakukan puja korban.
- Dana artinya memberikan sedekah danapunya.
- Dhrti artinya pensucian dan penenangan pikiran.
- Ksama artinya tahan akan cobaan dan suka memaafkan. Semua itu brata sang brahmana.
58 Terjemahan
Adapun yang patut dilaksanakan oleh para ksatria ialah;
- mempelajari ajaran Weda,
- senantiasa melakukan upacara api suci, berbuat yadnya,
- mempertahankan Negara,
- mengenal rakyat sampai dengan kerabat-kerabatnya,
- memberikan derma, dengan demikian ia akan dapat mencapai alam sorga.
59 Terjemahan
Yang patut dilakukan oleh para waisya ialah;
- ia harus belajar kepada Brahmana dan juga Ksatria.
- Ia harus memberikan amal derma pada waktu datangnya saat beramal saleh.
- Pada hari yang baik dibagikannya dana kepada sekalian orang yang datang minta tolong kepadanya. Dan saat memuja sang Hyang Triagni. Sang Hyang Triagni ialah tiga macam api yaitu ahawaiya, Garhaspatiya dan Citagni. Ahawaiya artinya api yang terdapat di dapur untuk memasak makanan. Garhaspatya artinya api yang dipakai untuk sebagai saksi dalam upacara perkawinan. Citagni artinya api yang dipakai untuk membakar mayat. Itulah yang disebut sang Hyang Tryagni. Beliaulah yang patut dipuja terimakasih oleh golongan Waisya. Jika telah dapat melakukan pemujaan itu, maka perbuatan itulah yang akan menuntunnya untuk dapat sampai ke sorga kemudian.
60 Terjemahan
Adapun prilaku orang sudra ialah
- Setia membantu dan mengabdi kepada Brahmana, Ksatriya, dan Waisya
- Serta berbuat untuk menyenangkan ketiga golongan yang dibantunya itu.
61 Terjemahan
Jika ada hal sebagai berikut yaitu raja pengecut, Brahmana
yang doyan segala makanan, Waisya yang tidak mengusahakan pertanian dan
perdagangan dan Sudra yang malas mengabdi kepada Triwarna, pendeta yang jahat,
pemimpin yang menyeleweng dari kehidupan sopan santun, Brahmana yang curang dan
wanita yang bejat dan jahat.
62 Terjemahan
Dan lagi para Wanaprastha dan sebangsanya yaitu orang yang
beriap-siap mencari moksa, tetapi tidak dapat melepaskan diri dari belenggu
nafsu, mementingkan diri sendiri, dan loba tamak mencemarkan tempat suci,
tempat di mana mendapat segala ajaran suci, durhaka tidak hirau akan segala
yang berakhiran kebahagiaan, kerajaan tanpa ratu, orang tua juga tak cinta pada
anak-anaknya, dan tidak peduli dengan peraturan Negara, maka mereka ini akan
mendapat kesusahan dan pasti akan menerima nasib yang amat celaka.
63 Terjemahan
Adapun tingkah laku yang harus dilakukan oleh keempat
golongan ialah :
- Arjawa artinya jujur dan terus terang.
- Anrasangsya artinya tidak nrsangsya. Nrasangsya artinya mementingkan diri sendiri dan tidak hirau pada kesusahan orang lain, hanya mementingkan kesenangan diri pribadi. Itulah yang disebut nrasangsya. Dan perbuatan yang tidak seperti itu disebut anrsangsya.
- Dama artinya dapat menasehati diri sendiri.
- Indrya-nigraha artinya mengekang hawa napsu.
64 Terjemahan
Inilah hal-hal yang benar-benar patut dimiliki yaitu;
- tidak suka membunuh-bunuh,
- jujur setia,
- tidak berniat jahat terhadap makhluk apapun,
- tahan uji,
- tidak sombong.
65 Terjemahan
Adapun perbuatan yang berdasarkan tidak jujur, itu adalah
maut, tentu tidak akan menghasilkan kebebasan. Dan jika arjawa [kejujuran] yang
dijadikan dasar perbuatan, itu adalah alam brahma yaitu tempat mendapat
kebebasan jiwa.
Demikianlah cara berpikir yang baik. Tak guna banyak bicara.
Itulah yang hendaknya dicetuskan dari pikiran.
66 Terjemahan
Dan mereka yang tidak mementingkan diri sendiri [anrsangsya],
adalah melakukan dharma yang utama, sedangkan sifat yang tahan uji adalah
kesaktian yang mutlak.
Tahu membawa diri, sadar akan segala keadaan diri, dan
lagi tahu tentang kebenaran Atman, yang dianggap rahasia ilmu kebathinan yang
tertinggi.
Adapun dasar dari brta [sumpah] yang paling utama adalah satya
[kejujuran].
67 Terjemahan
Inilah cacat dari sifat-sifat mementingkan diri sendiri
[nresangsa] itu yaitu;
- tidak disenangi dalam masyarakat, orang hina sekalipun tidak akan menyukainya, seolah-olahnya sebagai orang mendekati duri, atau sumur mati, atau api.
68 Terjemahan
Inilah kemuliaan dama.
Dama artinya kopasaman yaitu yang
menyebabkan insyaf akan diri dan tahu menasehati diri sendiri.
Dama itu lebih
mulia dari pada dana. Yang dinamai damai.
Dana menghasilkan kemasyuran dan
kedudukan tinggi. Tetapi pahala daripada dana lebih rendah dari pahalanya dama,
oleh karena orang dermawan ada kalanya tidak mempunyai sifat-sifat dama, sehingga ia dapat dipengaruhi oleh kemarahan dan sebagainya.
Sedangkan orang yang
memiliki dama tentu ia tidak menyeleweng tersesat, karena ia selalu sadar. Oleh
karena itulah maka lebih mulia dama daripada dana.
69 Terjemahan
Dan lain daripada itu, bukannya badan yang basah karena dibasahi
air itu yang dinamai mandi, akan tetapi yang disebut mandi sebenarnya ialah
orang yang memiliki dama, yang juga disebut danta [suci], orang demikianlah
yang benar-benar mandi menurut ucapan orang bijaksana, yakni suci lahir bathin.
70 Terjemahan
Beginilah prihal danta [orang yang memiliki sifat dama] itu
yaitu :
- tidak pernah berbohong,
- tidak gembira sekali jika dapat kesenangan dan tidak sedih sekali jika mendapat kesusahan,
- mendalam di dalam pengetahuan filsafat, dan
- dapat mengendalikan pikiran.
71 Terjemahan
Yang patut diuraikan lagi, ialah bahwa indria [nafsu] adalah
dianggap neraka atau surga. Artinya, jika nafsu itu dapat dikuasai pengekangnya,
hal itulah yang disebut surga. Akan tetapi jika tidak dapat dikuasai pengendaliannya
itulah neraka.
72 Terjemahan
Pahala dari pengekangan nafsu itu, adalah dirghayusa
[panjang umur], tingkah laku baik, kuat pada yoga, kesaktian, kemasyuran,
sebagai pahala dapat dikuasainya hawa nafsu itu.
73 Terjemahan
Adalah karmapatha namanya, yaitu pengendalian hawa nafsu,
sepuluh banyaknya yang patut dilaksanakan perinciannya ;
- gerak pikiran, tiga banyaknya
- prilaku perkataan empat jumlahnya :
- gerak tindakan; tiga banyaknya;
74 Terjemahan
Prilaku pikiran itu pertama diuraikan. Jumlahnya tiga yang
terdiri dari :
- tidak dengki dan iri hati akan milik orang lain,
- tidak marah terhadap makhluk apapun,
- percaya akan kebenaran ajaran karmaphala.
75 Terjemahan
Inilah empat hal yang tak boleh diucapkan yaitu :
- perkataan kotor,
- perkataan kasar,
- perkataan memfitnah dan
- perkataan bohong.
76 Terjemahan
Hal-hal yang tidak boleh dikerjakan ialah;
- membunuh,
- mencuri dan
- berjinah.
77 Terjemahan
Sesungguhnya, seseorang itu dikenal dari perbuatan,
perkataan dan pikirannya. Hal itulah yang menarik perhatian setiap orang untuk
mengetahui kepribadian seseorng. Maka dari itu kebaikan itulah yang harus
dibiasakan dalam perkataan, perbuatan, dan pikiran.
78 Terjemahan
Dikatakan amat sukar untuk berlaku baik dalam perbuatan,
perkataan, dan pikiran. Walaupun demikian kesulitannya, janganlah hal itu
dianggap kesukaran yang tak mutlak, tidak bisa diatasi kesukarannya.
79 Terjemahan
Dapat disimpulkan bahwa pikiran adalah unsur yang menentukan
jika penentuan perasaan hati telah terjadi. Setelah itu barulah perkataan dan
perbuatan. Oleh karena itu maka pikiran itulah yang menjadi pokok sumbernya.
80 Terjemahan
Oleh karena pikiran itu merupakan asal mulanya nafsu, dan asal timbulnya perbuatan yang baik maupun yang buruk, maka dari itu perlu
sekalilah pengendalian pikiran itu dari sekarang juga.
81 Terjemahan
Adapun gerak pikiran itu berkeliaran ke sana ke mari dan
banyak yang diangan-angannya, serta mempunyai banyak tujuan, sehingga
menimbulkan wujud-wujud keemasan. Jika ada orang yang dapat mengendalikan
pikirannya, maka ia pasti akan menemui kebahagiaan, baik sekarang maupun di
alam baka nanti.
82 Terjemahan
Dan lagi sifat pikiran itu ialah bahwa mata dikatakan dapat
melihat segala benda, hanyalah sebenarnya karena bantuan dari pikiran.
Pikiranlah yang menyebabkan mata dapat melihat. Jika pikiran itu tidak turut
membantu mata, walaupun mata itu terbuka lebar, namun tidak akan Nampak suatu
apapun olehnya. Sebab pikiran itulah yang sebenarnya mengetahui jadi pikiran
itulah yang merupakan sebab yang paling menentukan.
83 Terjemahan
Inilah contoh lagi yang perlu diperhatikan. Ada bagian badan
wanita yang tak boleh disebutkan tempatnya, yang dirahasiakan. Ada lagi luka
yang dalam dan lebar. Jika direnungkan baik-baik, apakah bedanya luka itu
dengan anggota badan wanita yang dirahasiakan itu ?
Maka tergodalah ia yang
menganggap kedua hal itu berbeda, hal mana disebabkan oleh pikirannya yang
bingung.
Tegasnya pikiran itulah yang merupakan sebab yang paling menentukan.
84 Terjemahan
Dan lain lagi ada yang dinamakan mukhasawa, yaitu air liur
yang menggiurkan hati pria dan wanita yang sedang berciuman bibir dengan bibir.
Jika diperhatikan tidak ada bedanya dengan air liur biasa mukhasawa itu. Akan
tetapi jika air liur diberikan kepada orang, ia jijik dan takut.
Tetapi jika
mukhasawa, senanglah ia. Tidaklah membayangkan dirinya diberi istilah demikian,
dan nama itu manusialah yang membuatnya.
Demikianlah bahwa sangat cepatlah
pikiran itu yang menyebabkan perubahan ini.
85 Terjemahan
Perhatikanlah lagi. Ada satu benda yang sama, tetapi berbeda
juga tanggapan dari masing-masing orang terhadapnya.
Sebagai halnya buah dada sang ibu. Berbedalah hasrat
si bayi terhadap buah dada sang ibu daripada kerinduan sang ayah.
Sebenarnya
hanya pikiranlah yang menyebabkan perbedaan itu.
86 Terjemahan
Perhatikanlah hal ini lagi. Ada sang sanyasin yang melakukan
pariweajakabrata yaitu mengembara mencari kesempurnaa hidup, ada sang Kamuka
yaitu orang besar nafsu yang doyan pada perempuan dan yang ketiga adalah
srigala.
Ketiganya itu jika melihat seorang wanita cantik, berbedalah tanggapan
mereka masing-masing. Sang Sanyasin akan
menganggapnya mayat karena ia sadar bahwa segala yang dilihatnya itu tidak
kekal adanya.
Sang Kamuka mengatakan alangkah menggairahkan wanita ini.
Dan
sang Srigala mengatakan alangkah lezat rasa dagingnya jika dimakan.
Tegasnya
pikiran yang bermacam-macam itulah yang menyebabkan sesuatu itu berbeda.
87 Terjemahan
Ada lagi contoh yang patut engkau perhatikan. Tanggapan
itulah yang menentukan perbuatan seseorang pada setiap benda yang berlainan.
Misalnya ada seorang ayah yang mendekati istrinya, dan menghampiri putrinya.
Maka berbedalah caranya sang ayah mendekati keduanya itu walaupun sama-sama
berdasarkan perasaan cinta.
Jadi pendeknya pikiran itulah yang menyebabkan cara
perilaku seseorang itu berbeda-beda.
88 Terjemahan
Jika ada orang berprilaku dalam hidup ini umpamanya ingin
akan milik orang lain atau dengki terhadap kebahagiaannya, maka orang yang
demikian mustahil akan menemui kebahagiaan baikpun sekarang maupun di alam baka
nanti. Oleh karena itu hentikanlah perbuatan itu, oleh mereka yang ingin
mencapai kebahagiaan abadi.
89 Terjemahan
Kebijaksanaan inilah yang patut diperhatikan oleh [setiap]
orang yakni rasa cinta kasih terhadap segala makhluk.
Itulah yang patut
diutamakan. Janganlah dengki iri hati, janganlah menginginkan dan
mengangan-angankan sesuatu yang tidak ada yang tidak halal, janganlah hal itu
dipikir-pikir [diidam-idamkan].
90 Terjemahan
Karena itu hendaklah dikekang, diikat kuat-kuat panca indra
dan pikiran itu, jangan dibiarkan akan melakukan tindakan melanggar yang
terlarang, melakukan sesuatu yang tercela, sesuatu yang sukar untuk dicapai,
ataupun melakukan sesuatu yang pada akhirnya menyenangkan.
91 Terjemahan
Adapun orang yang dengki iri hati terhadap sesame manusia,
jika memandang emasnya, wajahnya, keagungannya, [penjelmaannya yang baik],
kebahagiaannya dan ketenangannya yang terpuji, hal-hal itulah yang menimbulkan
iri hati pada dirinya.
Orang yang demikian itu perbuatannya, maka ia akan
menerima kesengsaraan sebagai ganjarannya, amat besar kenestapaannya dan tidak
dapat diobati.
92 Terjemahan
Segala sesuatu di alam maya ini maupun di alam baka adalah
miliknya Sang Ksamawan. Ksamawan artinya orang yang sabar dan tenang.
Sifat-sifat itulah yang menyebabkan ia dihormati, dipuji dan desegani oleh
dunia ini, dan di alamlah tingkat kedudukan tinggi akan dicapai olehnya.
93 Terjemahan
Kesimpulannya sifat-sifat sabar itulah merupakan kekayaan
yang sejati, sebagai emas permata dari orang yang dapat melawan kekuatan hawa
nafsu, tiada yang melebihi kemuliaannya. Tetapi ia juga sumbernya pathya.
Pathya artinya “pathadanapetah” yaitu tidak menyimpang dari jalan dharma
[kebenaran] yang dijadikan pedoman dan segala apa yang ditempuh dan tak perlu
memilih waktu.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.