BAB VII PERIHAL KEMARAHAN
Sarasamuscaya bab 7 adalah menguraikan tentang kemarahan, yaitu dampak kemarahan dan cara menguasai kemarahan.
94. Terjemahan
Apabila tidak ada orang yang Ksamawan, artinya :
kesabarannya tidak bedanya dengan tanah, dalam hal keteguhan, tentu tidak ada
persaudaraan yang sejati, sehingga nafsu-nafsu marah yang menyelubungi diri
segala makhluk yang mengakibatkan akan terjadi perselisihan.
95. Terjemahan
Adapun orang yang dapat meninggalkan kemarahannya,
berdasarkan sifat-sifat pengampunan, seperti halnya ular yang membuang kulit
tuanya dan yang tidak akan dicarinya lagi, maka orang yang demikian itu adalah
orang yang berbudi luhur dan patut disebut manusia sejati.
96 Terjemahan
Sebenarnya meskipun seseorang itu dapat mengalahkan musuhnya
serta tidak terbilang jumlah musuh yang dibunuhnya dan setiap yang dibencinya pun musnah, akan tetapi jika ia senantiasa menuruti nafsu amarahnya
maka sepanjang hidupnya pasti ia tidak henti-hentinya mempunyai seteru.
Adapun
orang yang sebenarnya tidak mempunyai musuh ialah mereka yang telah dapat
mengendalikan nafsu kemarahan.
97. Terjemahan
Semisal ada suatu pemberian, yang diminum oleh orang yang
bijaksana. Pengaruh pemberian itulah sering menimbulkan panas dan sakit kepala,
akan tetapi tidak akan berbahaya bagi orang bijaksana.
Oleh karena pemberian itu
dapat menimbulkan nestapa dan menghilangkan jasa makanya tidak boleh diminum
oleh rakyat biasa. Hanya orang yang berbudhi luhur sajalah yang mampu meminumnya,
oleh karena beliau benar-benar kuat.
Demikianlah halnya nafsu kemarahan itu dan
jika itu yang engkau minum, kuasailah terlebih dahulu pengaruhnya, agar dapat
ditemui rasa ketenangan.
98. Terjemahan
Adapun orang yang bersifat tenang itu tidaklah dibedakannya
antara dirinya dengan segala makhluk lainnya katanya : “Oh kasihan!” sehingga
beliau tidak berbuat kejam dan pemarah. Inilah kebahagiaan yang sejati. Kini
beliau mendapat kebahagiaan maka diakhiratpun kelak beliau mendapatkan pula
kebahagiaan.
99. Terjemahan
Adapun orang yang sering-sering bertengkar, ia selalu akan
mendapat kesusahan di manapun ia berada dan apapun yang diperbuat. Di tempat
tidur sekalipun tidaklah tenang hatinya, seolah-olah seperti tidur di rumah
yang berisi ular.
100. Terjemahan
Orang yang tidak nyenyak yaitu orang yang susah, orang yang
takut, orang yang membenci sesuatu, orang yang sedang memikirkan pekerjaannya
dan juga orang yang menderita asmara.
101. Terjemahan
Singkatnya, lebih
sukalah orang yang menguasai kemarahan daripada yang dikuasai oleh
kemarahan, meskipun orang yang kedua itu lebih kaya, lebih berkuasa, dan
lain-lainnya.
Begitu pula kesabaran, lebih baik dari ketidak sabaran, biar
bagaimanapun kekuasaan orang yang tidak penyabar itu. Demikian pula penjelmaan
menjadi manusia, meskipun waktu menjadi makhluk lain itu lebih mendapat
kesenangan.
Menjadi orang suci/bijaksana, walaupun waktu tidak menjadi orang
suci/bijaksana itu berlimpah-limpah akan harta kekayaan dan lain-lainnya.
102. Terjemahan
Karena orang yang dikuasai oleh kemarahan, segala
persembahannya, semua persedekahannya, segala tapanya, segala upacaranya yang
dilakukannya, semua pahalanya diambil oleh dewa Yama. Ia tidak menerima pahala
apa-apa kecuali kepayahan. Oleh karena itu kuasailah kemarahan.
103. Terjemahan
Yang harus diperhatikan ialah bahwa tapa [keteguhan iman] itu
harus dipegang teguh, dengan jalan memusnahkan kemarahan ; kemakmuran itu
dibina dengan jalan menghilangkan kedengkian.
Jagalah ketinggian ajaran agama
dengan menghilangkan kelobaan dan kecongkakan. Untuk menjaga diri ialah dengan
jalan tidak angkara murka/suka menghina orang lain.
104. Terjemahan
Selain dari kemarahan itu dianggap sama dengan maut,
kehausan atau kelekatan pada dunia ini dimisalkan sebagai Waitarini yang amat
menjijikan dan membahayakan, kadang-kadang amat sejuk dan kadang-kadang amat
panas airnya.
Teresna itu sama dengan airnya sungai Waitarini.
Pengetahuan
agama dapat diumpamakan sebagai lembu keramat yang dapat mengeluarkan segala
keinginan. Rasa kepuasan itu sama dengan perasaan dalam Nandanawana yaitu taman
Indra Loka yang penuh dengan serba keindahan.
105. Terjemahan
Orang yang dikuasai oleh kemarahan, tentu akan membuat dosa
sampai-sampai pada akhirnya membunuh guru, menyakiti hati orang saleh dan
mencaci maki dengan berkata-kata kasar.
106. Terjemahan
Tambahan pula orang yang dikuasai oleh kemarahan, tidak
sadar akan salah benarnya berucap, tak mau mengerti akan perbuatan yang
terlarang dan selalu melakukan hal-hal yang adharma, serta mengatakan apa tidak
patut diucapkan.
107. Terjemahan
Sesungguhnya kemarahan itu adalah musuh dalam diri kita.
Orang yang menghilangkan kemarahannya akan dipuji, disenangi dan dihormati di
dunia.
108. Terjemahan
Sekarang usahakanlah menghilangkan kemarahan itu, terutama
kemarahan terhadap Tuhan, terhadap Negara, pendeta, anak-anak, perempuan hamil,
ibu bapa, orang lanjut umur, orang sakit. Terhadap mereka itu semua harus
diusahakan menghilangkan kemarahan.
109. Terjemahan
Dan lagi orang yang tahan kepada suka dan duka demi untuk kesempurnaan
kebajikan dan kegunaan [artha dan dharma] sabar akan baik buruknya ucapan orang
lain, berhasil ia mengendalikan kemarahannya, maka dengan keteguhan iman ini masyarakat
mendapat kesenangan dari padanya.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.