BAB XVI PERIHAL HARTA BENDA
261 Terjemahan
Adapun melakukan semua perbuatan itu haruslah berdasarkan
pada dharma [kebenaran]. Demikian juga dalam mengumpulkan harta benda yang
caranya dapat dibagi tiga. Ketiga macam jalan ini hendaknya dilaksanakan dengan
baik-baik.
262 Terjemahan
Beginilah ketiga pelaksanaannya yaitu macam pertama ialah
ditujukan untuk mencapai dharma, macam yang kedua ditujukan untuk mencaoai
kesenangan [kama], macam ketiga ditujukan untuk mencapai lebih bertambahnya
harta benda itu sendiri [artha]. Demikian caranya membagi tiga harta benda oleh
mereka yang ingin mendapat kebahagiaan hidup.
263 Terjemahan
Karena harta itu kalau diusahakan dengan dasar dharma ia
disebut labha atau keuntungan yang halal yaitu puncak dari pada kesenangan yang
akan dijumpai. Tetapi kalau dengan adharma caranya mengusahakan hasilnya adalah
kasmala atau haram. Hal inilah yang dihindari oleh orang budiman. Karena itu
janganlah menyimpang dari ajaran dharma dalam melancarkan suatu usaha.
264 Terjemahan
Ada juga orang yang berbuat begini : seseorang mengumpulkan
harta dengan dasar adharma [menyimpang dari kebenaran]. Tetapi tujuannya ialah
bahwa hasil usahanya itu dimaksudkan untuk membuat sesuatu yang baik atau
melakukan kebajikan. Orang yang demikian lebih baik tidak usah berusaha karena
lebih baik menghindari kotoran daripada mencucinya nanti walaupun pada akhirnya
akan tercuci juga.
265 Terjemahan
Karena dari sekian banyak hal yang disebut keadaan yang suci
misalnya : keadaan yang suci dengan sarana daun-daunan [patra soca], kesucian
karang dari lumpur [mrta soca, kesucian dengan sarana air [jala soca], kesucian
dengan sarana abu [basma soca] dan lain sebagainya, hanya kesucian diri dari
uang [artha soca] saja yang disebut utama. Jelasnya arta soca atau bersih dari
harta dengan cara yang tidak halal, itulah kesucian yang utama. Adapun kesucian
yang didapat karena dibersihkan oleh air [jala soca] dan sebagainya bukanlah
kesucian utama.
266 Terjemahan
Adapun harta yang diperoleh dengan curang dengan menganiaya
misalnya, atau diperoleh dari rampasan musuh yang kalah, maka harta yang
diperoleh dengan jalan serupa itu bukanlah harta yang patut diidam-idamkan.
267 Terjemahan
Seorang bangsawan sekalipun jika ingin memiliki kepunyaan
orang lain secara paksa akan sirnalah kebijaksanaannya yang disebabkan oleh
kelobaan itu. Dengan lenyapnya kebijaksanaan akan hilang pulalah
kebahagiaannya, kebaikannya serta kewibawaannya.
268 Terjemahan
Ada tiga macam pahala kehidupan manusia yaitu dharma, artha
dan kama. Demikianlah jenisnya yang tiga dan janganlah sampai dikuasai oleh
adharma.
169 Terjemahan
Janganlah menyia-nyiakan waktu. Berilah arti da nisi pada
masa kehidupan ini. Barangkali dengan pelaksanaan hidup guna mendapatkan hasil
yang berdasar dharma , artha, kama, karena hidup ini pasti makin lama makin
susut. Karena itu mungpung kita masih hidup pergunakanlah dengan sebaik-baiknya
kehidupan ini jangan hendaknya membuang-buang waktu yang dengan sia-sia.
270 Terjemahan
Sungguh disayangkan kehidupan yang tersia-sia dari orang
yang tidak mempergunakan hidupnya untuk melaksanakan dharma atau artha atau
kama maupun moksa. Dengan demikian hidupnya hanya diisi, untuk kemudian menjadi
mangsa dari maut semata.
271 Terjemahan
Karena itu jangan ragu-ragu melepaskan harta untuk diberikan
kepada orang patra. Patra artinya orang yang patut diberi bantuan dana.
Begitulah juga makanan dan pakaian serta segala yang berguna bagi kehidupanmu
seyogyanya dikecap sekedarnya yang menyebabkan dirimu sendiri senang. Tetapi
jangan lupa memberikan yang lainnya kepada mereka yang menyenangkan hatimu
sehingga kelak kamu juga merasa senang karenanya. Ketahuilah bahwa maut itu
selalu siap sedia menghadang dan ia tidak dapat dikalahkan [dielakkan] adanya.
272 Terjemahan
Sebab yang dinamai manusia itu, ada yang berbahagia dalam
hidupnya sekarang ini, tetapi tidak akan berbahagia kelak di alam lain. Ada
yang berbahagia di alam baka saja tetapi tidak berbahagia di alam kehidupan
sekarang ini [fana]. Adapula yang bahagia di alam ini dan di alam lainpun
bahagia. Ada yang tidak berbahagia di alam sekarang, dan tidak juga berbahagia
di alam kehidupan lain.
273 Terjemahan
Beginilah yang disebut bahagia di alam fana yakni orang yang
kaya yang tak terhingga banyak emas peraknya dan semuanya itu dinikmatinya,
dipergunakannya tetapi tidak dikorbankannya untuk berbuat kebajikan. Orang yang demikian tingkah lakunya hanya
bahagia di alam kehidupan ini.
274 Terjemahan
Adapun orang yang tak jemu-jemunya bersemadhi, tekun
melakukan tapa, senantiasa mengejar ilmu pengetahuan, menguasai hawa nafsu,
belas kasihan terhadap serba yang hidup, orang yang demikian itu kebahagiaannya
dikecapnya kelak di alam baka.
275 Terjemahan
Adapun mereka yang dapat menikmati kebahagiaan di alam fana
dan di alam baka ialah orang yang selalu melakukan perbuatan atas dasar dharma.
Setelah berhasil baik ia memakai dharma sebagai pegangan, ia memulai caranya.
Kemudian ia beristri, dan memenuhi setiap keinginannya tetapi usaha
mengumpulkan harta tetapi dengan tetap bedasarkan dharma. Kemudian dengan dasar
dhrma pula ia melakukan pengorbanan suci [yadnya/ibadah], baikpun dewa-yadnya
maupun pitra-yadnya. Maka orang demikian itu berbahagia di alam ini dan bahagia
pula di alam baka.
276 Terjemahan
Adapun orang yang tingkah lakunya di alam ini sebagai
berikut : yaitu tidak belajar, tidak mengekang nafsu, tidak pernah memberi
dana, pun tidak pernah menghaturkan puja dan melakukan yadnya, maka orang
demikian ini malanglah hidupnya, hampa dan sia-sia setiap tingkah laku
perbuatannya dan tidak akan mendapat kebahagiaan. Orang yang demikian ini tidak
bahagia di alam ini dan pun di alam lain.
277 Terjemahan
Adapun orang yang keberadaan begini : tidak pernah
dipengaruhi oleh kemarahan, setia dan teguh akan brata, kasihan terhadap semua
makhluk hidup yang dianggapnya tidak berbeda dengan dirinya sendiri, maka orang
yang demikian ini akan menikmati kebahagiaan hidup sebagai halnya seseorang
yang telah berhasil melakukan tirthayatra. Tirthayatra. Tirthayatra ialah
perjalanan berkunjung dan bersemedi di tempat-tempat suci.
278 Terjemahan
Beginilah kurang baiknya orang yang tidak suka bersuci-suci.
Adapun orang yang begini prilakunya, tidak berpuasa hingga tiga hari, tidak
bersuci dengan tirtha [air suci], tidak melakukan pemberian dana mas, dana
ternak, maka orang yang demikian dinamai orang yang paling miskin adanya.
279 Terjemahan
Karena keutamaannya tirhayatra itu sunggu-sungguh suci,
lebih suci daripada yadnya, dan mampu dilakukan oleh orang miskin sekalipun.
280 Terjemahan
Orang yang miskin sama dengan matilah ia adanya. Demikian
juga Negara, benua atau wilayah yang besar rakyatnya adalah mati kalau tanpa
pimpinan atau pemerintahan. Begitu juga srada atau pitra-tarpana adalah mati
jika tidak disertai oleh seorang Sretriya ialah orang yang ahli dalam Weda,
yang sudah meresapkan dan menjiwai Sanghyang Weda. Demikian juga yadnya itu
mati jika tanpa daksina [pemberian suci].
281 Terjemahan
Jika anda melihat seorang miskin yang juga melakukan
perbuatan adharma yaitu segala apa yang dinamakan puncaknya kesengsaraan,
itulah keadaan yang termelarat dari yang melarat, amatlah cemar, puncak dari
pada kecemaran, puncaknya ketakutan sungguh amat menakutkan, puncak daripada
kematian, paling mati dari pada apa yang disebut mati.
282 Terjemahan
Pada jamaknya jika seseorang itu miskin, betapapun pandainya
dia, betapapun tepat pada sasaran dan tepat waktunya memberikan
petunjuk-petunjuk berupa nasehat-nasehat yang sangat berguna sekalipun, maka
segala apa yang diajukannya itu tidak mendapat perhatian adanya. Apalagi jika
si miskin itu bodoh, kaku pikirannya maka sungguh-sungguh tidak ada yang sudi
mendengarkan kata-katanya.
283 Terjemahan
Karena [kenyataannya] orang yang miskin, walaupun banyak
sekali kecakapan dan kepandaiannya, tidaklah terkenal ia, dianggap tidak
sempurna keindahannya. Karena Dewi Kekayaanlah yang menyebabkan prilaku
seseorang itu menjadi sempurna, sebagai halnya Sang Surya yang memberi sinar
pada makhluk hidup, yang menyebabkan semuanya
itu tampak cemerlang.
284 Terjemahan
Jika dibandingkan keadaan mereka yang disebut miskin dengan
yang disebut candala adalah sama keduanya dalam hal memberikan dana. Si candala
itu tidak akan diterima pemberian dananya, sedangkan si miskin tidak punya
kemampuan untuk memberi dana.
285 Terjemahan
Begitu juga rumahnya si miskin kalau dirasakan tidak ada
bedanya dengan alam sengsara, karena tidak ada masnya, tidak ada pelayan, tidak
ada makanan dan lain-lain kenikmatan serta tidak ada susu sapi.
286 Terjemahan
Orang yang miskin harta ia akan dinamai orang kurus walaupun
badannya gemuk. Juga jika seseorang itu tanpa emas, kurus pulalah ia dinamai.
Demikian pula orang tanpa pelayan, yang tidak mampu memberi makan pada orang
lain, yang tidak pernah menerima tamu dan juga tidak pernah
kunjung-mengunjungi, orang yang demikian dianggap orang yang kurus.
Kesimpulannya ialah bahwa bukanlah hanya kurusnya badan yang menyebabkan
seseorang itu disebut kurus.
287 Terjemahan
Karena si miskin adalah hanya mengandalkan memakan dari
hasil kemampuan kawannya sampai terpenuhi segala keperluannya. Sedangkan ia
tidak mampu membalasnya, mungkin karena miskinnya, mungkin karena kerendahan
budinya, atau karena lobanya hingga menyembunyikan kepunyaannya sendiri. Jika
begini halnya lebih baik mati daripada hidup demikian.
288 Terjemahan
Lebih ringan dirasakan penderitaan yang menimpa orang miskin
yang memang dasarnya miskin dan selalu menderita sejak dari lahirnya dari pada
penderitaan orang miskin yang bekasnya kaya, sangat berat penderitaannya.
289 Terjemahan
Biasanya orang kaya sangatlah terbatas kemampuannya untuk
mencernakan makanan [kalau tidak makanan yang lezat dan terpilih]. Sedangkan
orang miskin itu walau cabang pohonan sekalipun bisa juga ia mencernakannya.
290 Terjemahan
Tegasnya ialah bahwa apapun yang dimakan si miskin adalah
enak saja, karena lapar itu membuat segala yang dimakan terasa enak. Hal ini
benar bagi orang miskin, tetapi tidak ada hal itu pada orang-orang kaya.
291 Terjemahan
Lain daripada itu lapar itu melenyapkan kewaspadaan serta
usaha melaksanakan perbuatan dharma, pula menghilangkan keteguhan iman. Bahkan
lidah itu selalu cendrung pada rasa yang enak, yang menarik membangkitkan rasa
lapar.
292 Terjemahan
Biasanya orang yang bodoh hanya bisa menyesali nasib jika ia
ditimpa duka nestapa karena ia tidak ingat akan perbuatannya yang tidak baik
pada masa-masa lalu.
293 Terjemahan
Pada pokoknya orang yang hidupnya selalu menemui kegagalan
dalam usahanya dan tidak berhasil mendapatkan harta benda, walaupun sudah
dengan sungguh-sungguh berusaha untuk mendapat apa yang dicita-citakannya maka
seyogyanya ia melakukan tapa brata [introepeksi diri] karena tidak akan ada
sesuatu yang tumbuh jika tidak ada yang ditanam terlebih dahulu. Setelah ada
yang ditanam baru ada yang tumbuh. Kesimpulannya ialah karena tidak ada sesuatu
perbuatan dharma yang ditanamkannya dahulu, maka hidupnya kini tidak mencapai
hasil apapun juga
294 Terjemahan
Ada pula orang miskin yang mempunyai kesadaran yang besar
tetapi sia-sia juga usahanya disebabkan tidak adanya simpanan pahala perbuatan
baik [di masa lampau], tidak mempunyai suatu unsur penyebab guna mendapatkan
kebahagiaan, maka hanyalah hutan tempatnya mengembara rela menginggalkan rumah
tangga
295 Terjemahan
Karena sebenarnya bagi orang yang jauh dari kebahagiaan,
sampai tua renta sekalipun masih menderita kesakitan, yang hidupnya sangat
sengsara, tidak pernah menikmati hasil usaha yang diingininya, maka apa
sebabnya merasa benci hidup di hutan mengapa jijik terhadap pertapa. Jika
demikian jijiknya penderitaan sejalah diketemuinya di manapun ia berada.
296 Terjemahan
Dan lagi jika dibandingkan dengan pohon-pohonan yang
tmbuhnya condong, bengkok-bengkok, kerdil, dimakan rayap, dijalari oleh semut,
kulitnya hangus oleh api hutan, serta tumbuh di atas tanah tandus berkerikil,
batangnya tidak bergetah, tumbuhnya di tempat yang gersang, walau demikian
merana dan tersiksa hidupnya pohon-pohonan itu, demikianlah keadaan sangat
merana, namun kiranya masih lebih baik dari pada kesengsaraan si miskin, lebih
baik daripada penderitaan budak yang senantiasa mengharap sedekah namun tanpa
hasil.
297 Terjemahan
Sebab orang yang selalu berharap meminta sedekah, maka ia
akan dipakai sebagai permainan belaka oleh orang yang dilayani dan dimintai
sedekah itu dengan perintah-perintah. “Ayo kemari! Ayo pergi. Berdirilah !
Dudukla ! Ngomong ! Diam !” demikian antara lain perintah-perintah orang yang
dilayani. Oleh karena itu berhati-hatilah jangan terlalu berharap-harap, agar
jangan hidupmu ditentukan oleh besarnya harapan-harapan itu.
298 Terjemahan
Bhatara Brahma [Tuhan] senantiasa menciptakan adanya sarwa
hidup dengan segala jenis dan bentuknya, berbeda-beda budhi dan sifatnya, juga
berbeda-beda kemampuan serta rupanya. Tetapi hanya satu yang tidak beliau
ciptakan sampai pada saat ini ialah orang yang tidak memandang rendah kepad
peminta-minta yang menghamba dengan cara merengek-rengek.
299 Terjemahan
Memang sesungguhnya orang yang minta-minta dengan harapan
yang keras, maka ia tidak ada bedanya sama sekali dengan orang yang sedang
sekarat, karena nafasnya tersendat-sendat dalam kerongkongannya, hilang
tumbuh/terputus-putus cara bicaranya, berkeringatan, resah kecut mukanya,
menggigi, berdebar-debar jantungnya. Oleh karenanya orang yang meminta-minta
itu sama saja dengan orang yang hampir mati.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.