BAB XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Sarasamuscaya bab 27 menguraikan perihal orang yang bijaksana, yaitu orang yang sadar akan kebenaran.
Terjemahan ayat-ayat tentang orang bijaksana adalah sebagai berikut.
500 Terjemahan
Adapun yang sadar akan kebenaran itu ialah orang yang bijaksana namanya. Adapun
orang yang bijaksana di dalam hatinya tidak melekat perasaan gembira dan sedih,
dialah yang dianggap orang bijaksana namanya.
501 Terjemahan
Pikiran yang demikian halnya itulah disebut bijaksana. Itulah yang dipakai-pakai menyembuhkan sakitnya perasaan. Adapun obat yang terdiri dari minyak, pil dan akar-akaran khasiatnya ialah menyembuhkan penyakit di badan saja. Yang dinamai jnana-kala atau kekuatan bathin, adalah melebihi dari kayabala atau kekuatan badan.
Pikiran yang demikian halnya itulah disebut bijaksana. Itulah yang dipakai-pakai menyembuhkan sakitnya perasaan. Adapun obat yang terdiri dari minyak, pil dan akar-akaran khasiatnya ialah menyembuhkan penyakit di badan saja. Yang dinamai jnana-kala atau kekuatan bathin, adalah melebihi dari kayabala atau kekuatan badan.
502 Terjemahan
Seab hati yang duka menimbulkan derita badan. Sebagai halnya besi panas dibakar, dicemplungkan ke dalam air di tempayan panasnya itu akan menyebabkan air itu panas juga.
Seab hati yang duka menimbulkan derita badan. Sebagai halnya besi panas dibakar, dicemplungkan ke dalam air di tempayan panasnya itu akan menyebabkan air itu panas juga.
503 Terjemahan
Oleh karenanya, kesedihan hati hendaknya dimatikan dengan hati yang bijaksana, sebab akan hilanglah ia berkat hati bijaksananya itu. Sebagai halnya api menyala pasti akan mati dia oleh air. Dengan matinya kesedihan dalam hati sirna pulalah sakitnya badan.
Oleh karenanya, kesedihan hati hendaknya dimatikan dengan hati yang bijaksana, sebab akan hilanglah ia berkat hati bijaksananya itu. Sebagai halnya api menyala pasti akan mati dia oleh air. Dengan matinya kesedihan dalam hati sirna pulalah sakitnya badan.
504 Terjemahan
Orang bijaksana tidak ditandai oleh ketuaan, tidak pula oleh kulit yang berkerut, tidak pula oleh keemajaan yang telah suram, tidak pula oleh putihnya rambut dan segala lagi. Orang yang bijaksana adalah orang yang tahu akan hakekat hidup. Itulah hati pradnyan namanya. Itulah yang harus diketahui sebagai alat untuk menyebrangi laut kehidupan.
Orang bijaksana tidak ditandai oleh ketuaan, tidak pula oleh kulit yang berkerut, tidak pula oleh keemajaan yang telah suram, tidak pula oleh putihnya rambut dan segala lagi. Orang yang bijaksana adalah orang yang tahu akan hakekat hidup. Itulah hati pradnyan namanya. Itulah yang harus diketahui sebagai alat untuk menyebrangi laut kehidupan.
505 Terjemahan
Orang yang mempunyai hati pradnyan, tidak bersedih kala ditimpa kedukaan, tidak bergembira waktu menemui kesenangan. Tidak mempunyai sifat pemarah, tanpa rasa takut dan sedih. Tenang dan bersih pula ingatannya. Sebab ia adalah seorang bijaksana. Seorang pendetalah dinamai orang yang mempunyai hati bijaksana.
Orang yang mempunyai hati pradnyan, tidak bersedih kala ditimpa kedukaan, tidak bergembira waktu menemui kesenangan. Tidak mempunyai sifat pemarah, tanpa rasa takut dan sedih. Tenang dan bersih pula ingatannya. Sebab ia adalah seorang bijaksana. Seorang pendetalah dinamai orang yang mempunyai hati bijaksana.
506 Terjemahan
Berates-ratus, beribu-ribu datangnya penderitaan, bahaya, datang tiap hari sehingga iaman orang yang lemah hati akan dikuasi olehnya. Tetapi hati seorang pendeta betapa mungkin dapat dikuasainya.
Berates-ratus, beribu-ribu datangnya penderitaan, bahaya, datang tiap hari sehingga iaman orang yang lemah hati akan dikuasi olehnya. Tetapi hati seorang pendeta betapa mungkin dapat dikuasainya.
507 Terjemahan
Sebab ia yang telah mempunyai kebijaksanaan, hilanglah noda-noda pada hati nuraninya. Setelah hati tanpa noda, olehnya akan ditemui sa’waguna, hanya satwa, tidak dicampuri oleh rajah tamah. Satwa artinya keadaan yang penuh kebenaran. Orang yang mempunyai hati utama, pikirannya yang selalu mencari kebenaran, tidak dikuasai oleh nafsu kasih dan lain-lain, ditemuinyalah olehnya satwa-guna itu. Ia menjadi suci murni tidak diikat ia oleh badannya, terhindar dari karmaphala, buah dari perbuatannya.
Sebab ia yang telah mempunyai kebijaksanaan, hilanglah noda-noda pada hati nuraninya. Setelah hati tanpa noda, olehnya akan ditemui sa’waguna, hanya satwa, tidak dicampuri oleh rajah tamah. Satwa artinya keadaan yang penuh kebenaran. Orang yang mempunyai hati utama, pikirannya yang selalu mencari kebenaran, tidak dikuasai oleh nafsu kasih dan lain-lain, ditemuinyalah olehnya satwa-guna itu. Ia menjadi suci murni tidak diikat ia oleh badannya, terhindar dari karmaphala, buah dari perbuatannya.
508 Terjemahan
Lagi pula, ia yang mempunyai kepradnyanan, walaupun ia berada di dalam lingkungan wilayah keduniawian digulung oleh lima obyek, dikitari oleh kemewahan setiap hari, tidaklah gembira ia, ia tidak terbelenggu oleh semua itu, tidaklah sebagai halnya orang bodoh, walaupun sangat tidaknya obyek indra itu, tidak pula tercium olehnya serba kemewahan itu tetapi terpesona ia pada segalanya itu, dan selalu mengharap hal-hal demikian.
Lagi pula, ia yang mempunyai kepradnyanan, walaupun ia berada di dalam lingkungan wilayah keduniawian digulung oleh lima obyek, dikitari oleh kemewahan setiap hari, tidaklah gembira ia, ia tidak terbelenggu oleh semua itu, tidaklah sebagai halnya orang bodoh, walaupun sangat tidaknya obyek indra itu, tidak pula tercium olehnya serba kemewahan itu tetapi terpesona ia pada segalanya itu, dan selalu mengharap hal-hal demikian.
509 Terjemahan
Adapun kepradnyanan itu, jika dicamuri oleh kotora pikiran, tidak bercahanyalah ia sebagai halnya mas yang disepuh, ia tidak akan cemerlang murni jika ada besi melekat padanya, tidak ada cahayanya.
Adapun kepradnyanan itu, jika dicamuri oleh kotora pikiran, tidak bercahanyalah ia sebagai halnya mas yang disepuh, ia tidak akan cemerlang murni jika ada besi melekat padanya, tidak ada cahayanya.
510 Terjemahan
Adapun hakekatnya, sirnalah kotoran pada diri kita, jika dilebur oleh pengetahuan suci [jnana], sirnalah kotoran itu. Pada saat didapati samyagnyana [pengetahuan] hilanglah penjelmaan orang itu, tidak lahir kembali. Sebagai halnya benih-benih itu jika dipanasi dipanggang, maka hilanglah daya tumbuhnya tidak berkecambah lagi.
Adapun hakekatnya, sirnalah kotoran pada diri kita, jika dilebur oleh pengetahuan suci [jnana], sirnalah kotoran itu. Pada saat didapati samyagnyana [pengetahuan] hilanglah penjelmaan orang itu, tidak lahir kembali. Sebagai halnya benih-benih itu jika dipanasi dipanggang, maka hilanglah daya tumbuhnya tidak berkecambah lagi.
511 Terjemahan
Tidak dapat diwujudkan, tidak dapat dilihat, tidak dapat dibedakan, kebijaksanaan orang yang mempunyai pengetahuan sejati itu. Sebagai halnya jejak burung yang terbang di angkasa, tidak kelihatan jejaknya di langit, dan juga sebagai ikan tidak kelihatan jejaknya di air.
Tidak dapat diwujudkan, tidak dapat dilihat, tidak dapat dibedakan, kebijaksanaan orang yang mempunyai pengetahuan sejati itu. Sebagai halnya jejak burung yang terbang di angkasa, tidak kelihatan jejaknya di langit, dan juga sebagai ikan tidak kelihatan jejaknya di air.
- SARASAMUSCAYA
- I PRAKATA
- II DASAR DAN TUJUAN HIDUP
- III. KEAGUNGAN DHARMA [KEBAJIKAN]
- IV PERIHAL SUMBER DHARMA [KEBAJIKAN]
- V PERIHAL PELAKSANAAN DHARMA
- VI PRIHAL CATUR WARNA [EMPAT GOLONGAN PROFESI]
- VII PERIHAL KEMARAHAN
- VIII PERIHAL ORANG TANPA KEPERCAYAAN [NASTIKA]
- IX PERIHAL SATYAWACANA [SETIA PADA KATA-KATA]
- X PERIHAL AHIMSA [TIDAK MEMBUNUH-BUNUH]
- XI PERIHAL SATEYA [TIDAK MENCURI]
- XII PERIHAL PERBUATAN SUSILA
- XIII PERIHAL DANA PUNIA [SEDEKAH]
- XIV PERIHAL PERGAULAN HIDUP
- XV PERIHAL PERBUATAN TERPUJI
- XVI PERIHAL HARTA BENDA
- XVII PERIHAL ORANG BERILMU DAN BERBUDI
- XVIII PERIHAL ORANG DURJANA
- XIX PERIHAL HUKUM KARMA
- XX PERIHAL KEKUASAAN MAUT
- XXI PERIHAL TUMIBAL LAHIR [SAMSARA]
- XXII PERIHAL KEBODOHAN
- XXIII PERIHAL KAMA [NAFSU] DAN PEREMPUAN NAKAL
- XXIV PERIHAL TRESNA [KEHAUSAN CINTA]
- XXV PERIHAL KELOBAAN
- XXVI PERIHAL IKATAN CINTA KASIH
- XXVII PERIHAL ORANG BIJAKSANA
Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.