BAB XXV PERIHAL KELOBAAN


Isi kitab sarasamuscaya bab 25 adadalah tentang sifat loba atau keserakahan. Dikatakan bahwa keserakahan adalah sumber dari kejahatan.

Adapun terjemahan setiap ayatnya adalah seperti di bawah ini.

458 Terjemahan
Tetapi [di samping] itu  tresna itu menumbuhkan kelobaan. Tidak ada beda kelobaan itu dengan ketamakan seekor buaya yang demikian ganasnya menenggelamkan manusia ke dalam sengsara. Kelobaan itu makin tumbuh, muncullah budhi-jahat. Budhi-jahat itulah yang membangkitkan adharma [kejoliman]. Adharma itulah yang berubah pada kesengsaraan yang merupakan belenggu hingga merasakan penderitaan dan kesengsaraan hidup.

459 Terjemahan
Pendeknya, tresna itu menimbulkan kelobaan, kelobaan itu adalah pengumpulan dari segala kejahatan. Karena orang lobha yaitu orang yang diselimuti oleh kelobaan, pasti ia melakukan hal-hal yang jahat walaupun dia itu orang pandai sekalipun.

460 Terjemahan
Kalau kelobaan makin timbul, pasti tidak puaslah hidup orang itu. Semakin tidak puas hidupnya, pasti ia akan mengalami penderitaan dan kesengsaraan. Lagi pula bertambah kuat kekuasaan indria yang disebabkan oleh kelobaan itu, hingga akhirnya sangat berkuasa indria itu, maka hilanglah kebijaksanaan seseorang itu, sebagai halnya ilmu yang tidak pernah diamalkan.

461 Terjemahan
Selain dari itu, sangatlah besar penderitaan pada waktu mengusahakan mendapatkan harta, sebagai daya tarik kelobaan itu. Setelah berhasil usaha mengumpulka harta itu, berhasil menyimpan atau menyusunnya, maka bertambahlah penderitaan pada waktu menjaganya. Bukankah penuh kecemasan orang bergelimang harta, karena sebenarnya tanpa perasaan iri hati, atau marah, orang akan merencanakan kejahatan terhadapnya. Jika suatu saat habis pulalah harta itu, untuk biaya pemberian-pemberian serta biaya untuk mencapai tujuan tertentu, apalagi kalau habis karena ditimpa kemiskinan, maka tidak kecillah kesengsaraan dan derita yang disebabkan olehnya, yang rasa-rasanya hanya dapat diakhiri oleh kematian. Pendeknya harta benda itu suatu malapetaka ia, karena menyebabkan timbulnya penderitaan.

462 Terjemahan
Begini pula akibat dari harta benda. Pada waktu tercapai dengan sempurna hasilnya, serta mencarinyapun tanpa halangan, dan kalau hal yang sedemikian itu menyebabkan kekaguman, maka ia akan menumbuhkan kesombongan. Dan kalau harta itu ditimpa bencana, habis atau hilang, pada saat itulah ia menyebabkan penderitaan yang luar biasa tidak ada yang menyamainya, karena dahulu pada waktu mengusahakannya, mencarinya, mengerjakannya, tak terkatakan besarnya kesengsaraan yang dibuatnya. Payah aku mengingat-ngingat kapankah pernah kenikmatan harta itu membawa kebahagiaan yang murni. Akibatnya tidak lain dari menyebabkan kesengsaraan kataku, ‘hal yang demikian itu alangkah menyedihkan’.

463 Terjemahan
Dan lagi tidak ada kecualinya, ketakutan dari orang yang mempunyai harta kekayaan itu namanya. Karena ia takut pada raja [Negara], pada air pada api, pada pencuri, pada sanak keluarga. Juga banyaklah yang ditakuti oleh orang-orang kaya itu, sebagai halnya dewa maut yang takut selalu oleh semua makhluk hidup.

464 Terjemahan
Tidak ada bedanya orang kaya itu dengan daging dendeng. Ia gelisah pada setiap tempat. Kalau [daging itu] ditaruh di udara burunglah yang ditakutinya [jangan-jangan dimakan], kalau ditaruh di tanah pada anjing-anjinglah takutnya, kalau ditaruh di air, pada ikanlah takutnya. Pendeknya di mana-mana pun ia tidak akan betah, karena takutnya tidak memilih bulu. Demikianlah perihal orang kaya namanya.

465 Terjemahan
Pendeknya kataku, dalam ketidak langgengannya semua makhluk ini, dalam keadaan di mana yang berkumpul itu akhirnya akan bercerai, dan sudah berkumpul nyatanya awayawa dan awayawi. Yang dimaksud dengan awayawa ialah tangan kaki dan lain-lain [anggota badan] yang pada waktunya nanti akan bercerai dari yang disebut awayawi yaitu seluruh badan wadag ini. Demikian pula hidup ini namanya pasti berakhirkan pada kematian. Demikian juga suatu pertemuan itu pasti akan berakhir pada perpisahan. Sadarlah dikau akan tidak langgengnya semua yang ada ini dan tidak adanya apa yang disebut langgeng. Oleh karena itu apa sebabnya selalu berikhtiar berkeinginan untuk mencapai kewibawaan. Apakah yang akan dikejar, apa guna mengejar untuk apa pengejaran.

466 Terjemahan
Sebab ada orang yang mempertaruhkan jiwanya, tewas dalam medan perang, karena ikhtiarnya unuk mencapai kewibawaan lahiriah. Ada lain lagi yang tanpa perjuangan menyeahkan dirinya untuk mendapat perlindungan karena inginnya mencapai kewibawaan lahiriah.

467 Terjemahan
Nyatanya kewibawaan lahiriah itu menimbulkan keaiswaryan namanya. Aiswaya ialah kekuasaan. Sebab bernafsu untuk berkuasalah akibatnya orang yang mempunyai wibawa itu, tidak urung akan mengakibatkan kehancuran hati. Demikianlah keadaanya aiswarya itu. Siapalah yang berkeinginan akan dia [aiswarya].

468 Terjemahan
Di samping itu ia juga menimbulkan kemabukan, sebab ada tiga hal yang dapat menimbulkan kemabukan itu yang menyebabkan kagumnya orang-orang yang dungu. Masing-masingnya ialah wanita, kenikmatan makan minum [dan lain-lain] dan kekuasaan. Itulah yang menimbulkan kemabukan. Kalau ada yang suka akan itu, dia itu sebenarnya tidur tidak sadar akan dunia ini namanya.

469 Terjemahan
Adapun kewibawaan, dan wanita, itu sama halnya dengan gelombang-gelombangya air, selalu gelisah sifatnya, bergerak selalu tidak tetap. Oleh karena demikian, karena tidak ada bedanya kenahagiaan yang diberikannya itu sebagai kebahagiaan orang yang berlindung di bawah naungan kepala ular kobra [yang berbentuk sebagai paying kepalanya].

470 Terjemahan
Pendeknya, janganlah sampai terpesona, terlalu berkelebihan mengejar kewibawaan, secukup-cukupnya saja. Karena [apa lagi ditambah dengan beban kewibawaan] sedangkan badan ini saja bisa menyebabkan kesulitan, tidak bisa dibawa, tidak mungkin dipelihara atau dibantu kalau sudah Tuhan mentakdirkan.

471 Terjemahan
Alangkah besar beda kemiskinan dan kekayaan, karena bagi mereka yang mempunyai arta kekayaan, ada juga yang merupakan kerisauan dalam hatinya. Sedangkan mereka yang meninggalkan ketamakan yang hanya hidup sederhana, mereka jadinya menemui kebahagiaan karena tingkah lakunya tanpa ragu-ragu sama sekali.

472 Terjemahan
Sebab sebanyak-banyaknya tumpukan harta kekayaan, dan setiap orang yang mencari kepuasan hidup, tidak ada di antara mereka yang luput dari bencana. Demikianlah keadaannya. Oleh karena itu bagi mereka yang sadar ditinggalkannyalah kegilaan-kegilaan terhadap harta kekayaan itu, dijauhkanlah dirinya dari sumber kesengsaraan itu.

473 Terjemahan
Pikirkanlah yang menyebabkan dijumpai suka dan duka. Misalkan suara gamelan pada jamuan kerajaan yang menggembirakan hati sang raja dengan semua penghuni istana serta rakyat jelata yang mendengarnya. Tetapi ada juga yang punya pertimbangan lain; “Ah ada yang mengatakan : baru saja terdengar olehku maka, dosa papaku bisa hilang olehnya; barulah hatiku bahagia olehnya.

Weda yang disusun dalam bentuk wiracerita atau yang lebih dekenal dengan Epos Mahabharata oleh Bhagawan Byasa.
Meninjau Tentara-tentara Perang di Kurusetra.
Ringkasan Bhagawad-Gita.
Karma Yoga
BAB IV Pengetahuan Rohani.
Perbuatan dalam Kesadaran Ilahi.
Meditasi Mengendalikan Pikiran dan Indria ( Dyana Yoga ).
Pengetahuan Tentang yang Mutlak.
Cara Mencapai Tuhan yang Mahakuasa.
Pengetahuan yang Paling Rahasia.
Kehebatan Tuhan yang Mutlak ( Wibhuti Yoga ).
Bentuk Alam Semesta ( wiswa rupa dharsana yoga ).
Pengabdian Suci ( bhakti yoga ).
Alam, Kepribadian yang Menikmati dan Kesadaran.
Tiga Sifat Alam Material.
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian yang Paling Utama.
Sifat Rohani dan Sifat Jahat.
Golongan Keyakinan.
Kesempurnaan Pelepasan Ikatan.

Postingan populer dari blog ini

Kata-Kata Motivasi Hidup untuk Masa Depan

Anda Akan Lebih Percaya Diri dan Berani Jika Baca Kata-kata Ini